July 23, 2018
Warga suku Mausu Ane yang tinggal di pedalaman hutan Pulau Seram tepatnya di Gunung Morkelle Kecamatan Seram Utara Kobi Kabupaten Maluku Tengah (Malteng) mengalami bencana kelaparan sejak awal Juli 2018. Dua orang balita dan seorang lansia meninggal dunia akibat bencana kelaparan ini. FOTO : ISTIMEWA
TERASMALUKU.COM,-AMBON-Alam jadi dapur terbesar bagi para penghuninya. Namun ketidakstabilan alam pun bisa berakibat bencana bagi mahkluk hidup di dalamnya. Seperti yang dialami warga suku Mausu Ane yang tinggal di pedalaman hutan Pulau Seram tepatnya di Kecamatan Seram Utara Kobi Kabupaten Maluku Tengah (Malteng). Warga suku terasing ini alami bencana kelaparan.
Selama kurang lebih dua minggu atau sejak awal Juli 2018, 45 kepala kelurga (KK) dengan 175 jiwa warga Mausu Ane yang hidup nomaden alami bencana kelaparan. Dua orang balita dan seorang lansia meninggal dunia akibat bencana kelaparan itu. “Mayarakat yang meninggal dunia tiga orang, satu orang Lansia dan dua orang anak balita. Mereka meninggal pada 7 Juli lalu. Kondisi masyarakat mengalami busung lapar dan gangguan kesehatan. Masyarakat mengalami kekurangan bahan pangan,” kata Kepala Seksi Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Malteng Syahril Tuakia saat dihubungi Terasmaluku.com, Senin (23/7/2018) petang.
Syahril sendiri bertemu langsung dengan warga Mausu Ane. Syahril menempuh perjalanan tiga jam dari Kobisonta menuju wilayah M Transmigrasi dan dilanjutkan ke lokasi terdekat untuk bertemu sebagian warga Mausu Ane. Syahril mengungkapkan kelaparan terjadi karena warga tidak bisa makan hasil kebun sebab dimakan tikus dan babi hutan. Stok makanan yang tersedia bebas dialam berkurang. Itu lantaran adanya hama tikus yang memakan habis semua hasil kebun warga. Ubi ubian yang ditanam ludes dimakan tikus. Belum lagi hama babi hutan.
Hasil kebun yang ditanam warga di dalam hutan perlahan habis. Stok makanan mereka pun kian terbatas selama dua minggu belakangan. Syahril mengatakan dari pengakuan warga, mereka bertahan hidup dengan mengkonsumsi sumber makanan lain. Seperti dedaunan dan akar rotan. Sayangnya energi dari dedaunan dan akar tak cukup memenuhi kebutuhan mereka. Menurut Syahril hingga kini belum adanya penanganan dari pihak manapun sehingga dikhawatirkan kalau tidak segera dilakukan bantuan darurat maka korban meninggal akan bertambah.
Secara geografis, Suku Mausu Ane menempati tiga lokasi terpisah di bantaran tiga sungai. Yakni di Sungai Kobi, Laihaha dan Tilupa. “Jadi kalau air mereka tidak kesusahan. Hanya bahan makan saja yang krisis,” jelasnya. Kabar kematian warga Mausu Ane ini disampaikan kepada pihaknya melalui Raja Maneo.
Warga di sana memiliki tradisi berpindah lokasi jika terdapat anggota komunitas yang meninggal dunia. Tak heran jika lokasi tinggal mereka sulit dijangkau sebab tersebar di dalam hutan. Warga Mausu Ane mendatangi permukiman di Maneo Rendah dan meminta bantuan makanan dari Raja Maeno Rendah. Dari situ awal mula tersiar kabar ke pihak BPBD Malteng.
Bersama dengan kepala saniri, bapa raja dan ibu raja, Syahril menuju lokasi terdekat untuk bertemu dengan warga Mausu Ane. Lantaran tempat tinggal yang terpisah dan berjarak cukup jauh, warga Mausu Ane yang datang hanya sekitar 50 orang. Dibantu oleh tetua adat Maneo Rendah, mereka berkomunikasi dengan bahasa adat. “Fisik mereka kurus, perut buncit. Ya seperti busung lapar. Karena mereka kekurangan makanan,” ujarnya.
Petugas BPBD Malteng menemui warga korban bencana
Syaril mengatakan, usai pertemuan, Senin (23/7/2018) siang, pihaknya lantas berkoordinasi dengan BPBD Provinsi Maluku, PMI Kota Ambon, Bupati Malteng beserta TNI/Polri untuk mengirimkan bantuan bahan makanan kepada warga. Rencanannya pengiriman sembilan bahan pokok dan kebutuhan pangan lain segera dikirm Rabu (25/7/2018).
Untuk sementara Raja Maneo Rendah memberi bantuan raskin kepada warga Mausu Ane sambil menunggu bantuan pemerintah datang. “Kami sudah koordinasi. Sebab tempat tinggal mereka juga tidak layak, jadi pasti akan ada alat dapur juga buat masak di sana,” turur Syahril. Menurut Syahril perkiraan sementara total belanja yang dibutuhkan sekitar Rp 90 juta. Bamun jumlah itu masih akan dikonfirmasi kembali ke pihak terkait. (BIR)
Sumber ; https://terasmaluku.com/bencana-kelaparan-landa-warga-pedalaman-seram-utara-tiga-meninggal/
No comments:
Post a Comment