Alifuru Supamaraina: The Spice Islands dan Ferdinand Magellan, "Entry Point" Menuju Dunia Baru

Sunday, July 28, 2019

The Spice Islands dan Ferdinand Magellan, "Entry Point" Menuju Dunia Baru

M. Thaha Pattiiha

(Seri #MOZAIKCoffee)

          Pernik-pernik kisah di masa lalu dalam peristiwa demi peristiwa yang selalu menarik untuk selalu diperbincangkan, ketika bangsa-bangsa Eropa berupaya menguasai kepulauan Rempah-rempah Maluku, selalu menarik dan tidak pernah bosan dan lelah untuk kembali diangkat dan dipublikasikan. Tentang bagaimana persaingan bangsa-bangsa memperebutkan wilayah penghasil rempah-rempah, dan politik kekuasaan yang dijalankan dengan menempuh berbagai cara, taktik dan strategi. Begitu pun dengan sepenuhnya dikerahkan pengetahuan, kemampuan, dan kekuatan fisik, alat, dan senjata, untuk membangun pertahanan serta mampu menundukkan sasaran dan lawan.

The Spice Islands dan Ferdinand Magellan,  "Entry Point" Menuju Dunia Baru
Ilustrasi First Circumnavigation of the World ; "The Armada de Molucca", Ferdinand Magellan
(Sumber peta; libweb5.princeton.edu)

Manusia dari bangsa-bangsa besar, begitu tergoda dan terpaku pada keinginan dan harapan untuk bisa mendapatkan dan bila perlu menguasai sepenuhnya keharuman semerbak wangi aroma rempah-rempah cengkeh dan pala. Raga terbius wangi rempah-rempah alam tropis, memacu hasrat untuk menggerakkan langkah mencari, di mana gerangan adanya, mungkinkah itu ada di muka bumi tetapi di belahan bumi yang mana letaknya. Bangsa Eropa yang mendapatkan pasokan rempah cengkeh dari pedagang Jazirah Arab sejak sekitar abad keempat Masehi dengan harga sangat mahal dan asalnya yang dirahasiakan tempatnya, kemudian berusaha mencari sendiri di mana asal tumbuhan berbentuk “paku” dengan aroma sangat menawan rasa itu.

Vasco da Gama dari Portogis yang gagal menemukan Maluku dalam pelayarannya di tahun 1497 melalui Tanjung Pengharapan, akhirnya lego jangkar di India. Melalui perjalanan darat dia menuju China, begitu pun saat kembali ke Eropa. Tetapi Vasco da Gama berhasil menguak rahasia asalmuasal cengkeh hingga diperdagangkan di Eropa. Melalui pedagang Arab yang secara estafet didapat dari Persia melalui pedagang Gujarat-India, yang dipasok bangsa China, melalui lintasan perdagangan “Jalur Sutra”. Lebih dari satu Millennium rahasia cengkeh tersimpan rapih oleh bangsa China yang juga sudah satu Millennium sebelumnya telah menemukan cengkeh dan Maluku. Rute yang panjang dalam era yang begitu lama cengkeh diperdagangkan.

Melalui bandar Tyre di Yunani dan Venesia di Italia, cengkeh masuk ke daratan Eropa. Namun dengan harga jual yang luar biasa mahal. Pada sekitar tahun 1599, cengkeh dihargai 35 Real per Bahar – satuan berat yang mendekati 400 pound. Harga terus naik hingga 50 Real, bahkan mencapai 70 Real di tahun 1610. Suatu nilai harga yang disetarakan dengan emas murni seberat 7 gram. Catatan-catatan para biarawan Fransiskan --yang disalin dan dikutip oleh van Frassen-- bahkan menyebut cengkeh sebagai salah satu bahan utama pengawet mumi para Fir’aun, penguasa Mesir Kuno. Beberapa pakar sejarah dan arkeologi menyatakan bahwa rempah-rempah Maluku bahkan sudah ditemukan artefaknya di Lembah Mesopotomia (wilayah Iraq dan sekitarnya sekarang) pada 3.000 tahun sebelum Masehi.


The Spice Islands dan Ferdinand Magellan,  "Entry Point" Menuju Dunia Baru
Cengkeh dan Pala, Hasil bumi Kepulauan Rempah-rempah


Sejarah panjang dan berurutan persaingan manusia dari berbagai bangsa di muka bumi dengan segudang cerita kemenangan dan kekalahan, kejayaan dan kejatuhan, hingga kejayaan dalam kemakmuran hingga kebangkrutan. Penjajahan dan pengusiran, perang dan adu domba, telah menyebabkan jutaan nyawa menjadi korban, semata untuk menguasai rempah-rempah cengkeh dan pala yang begitu bernilai dalam harga yang setara emas.

Kerajaan Spanyol, Portogis, Belanda, dan Inggris, dari Eropa  begitu bernafsu dan berambisi, saling bersaing dan saling sikut, saling berperang, untuk bisa memonopoli komoditi hasil bumi sekaligus menguasai wilayah penghasil rempah-rempah kepulauan Maluku. Kecuali kerajaan-kerajaan besar di kepulauan Nusantara, serta para pedagang perorangan dan kelompok dari berbagai negara dan bangsa lain, seperti Arab, Persia, India - Gujarat, China, Jerman, dan Melayu, yang hanya semata hadir untuk berdagang.

Dalam periode waktu pun hampir tidak terbatas, karena selama persaingan itu berlangsung, telah menghabiskan ratusan tahun, dan mencatatkan beragam hal lain yang turut memperluas wawasan tentang luas bumi dan segala kebaikan dan keburukannya, selain dampak yang ditimbulkan.  Dikatakan oleh Blair, Lawrence dan Lorne Blair – Buku “Ring of Fire” : An Indonesian Odissey”, 2010, “Kemampuan menyimpan makanan lebih dari yang kami makan, sekaligus berarti kemampuan menjual dan membelinya dalam jumlah besar – dan kota-kota dagang pun mekar – perekonomian yang dihasilkannya mengarahkan kami ke zaman pencerahan dan kemudian revolusi industri. Tak lama setelah kami menghirup aroma yang kuat (cengkeh) dari Timur itu dan mengubah kimiawi makanan kami, maka kami pun mampu melakukan lompatan besar dalam bidang budaya dan seni.”

 Dari catatan sejarah yang disalin dari  buku Ekspedisi Cengkeh, Kepulauan yang berada di wilayah cincin api, antara tiga lempengan besar bumi yang membentuk kandungan mineral melimpah di perut bumi yang menjadikan alam Maluku begitu subur dan menghasilkan tumbuh-tumbuhan langka dan khas. Aroma lidah ayam – kata bangsa China. Bangsa-bangsa Eropa menyebutnya rempah cakar. Ada juga yang menyebut paku, dan kuku.

The Spice Islands dan Ferdinand Magellan,  "Entry Point" Menuju Dunia Baru
 "The Clove, Carophyllus aromaticus" ; Elozabeth Blackwell(Diedit dari sember ; libweb5.princeton.edu )

Tumbuhan bernama latin syzygium aromaticum, clove dalam bahasa Inggris yang berasal dari bahasa Latin clavus, clou dalam Bahasa Prancis, untuk menyebut cengkeh – tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Pohon yang tumbuh di pulau Makian serta Ternate, Tidore, Moti, dan Bacan, yang pertama kali tumbuh dan menghasilkan cengkeh kualitas terbaik. Sebelum kemudian setelah kehadiran bangsa-bangsa Eropa, khususnya Belanda, cengkeh hanya boleh ditanam di pulau Ambon, Saparua, Haruku, dan Nusalaut. Hal itu sebagai cara kontrol monopoli untuk menstabilkan harga cengkeh dengan menerapkan sistem politik Hongi Tochten, sementara bukan saja kontrol produksi dan perdagangan cengkeh, tetapi juga pala di kepulauan Banda. Cengkeh, juga pala kemudian ramai ditanam di pulau-pulau lain seperti Halmahera dan Ceram(Seram) – dua pulau besar di Maluku, secara tersembunyi oleh penduduk pribumi, dan diperdagangkan secara gelap kepada pembeli lain dengan harga lebih baik dari harga beli pihak Belanda.
Sejarah panjang perjalanan dalam usaha mengelilingi bumi, ditoreh para pengarung samudera dan pelintas benua. Alasan paling menarik adalah guna menemukan bumi bagian kepulauan rempah-rempah - Maluku, yang terletak di garis katulistiwa, yang dengan itu hingga melahirkan peta bumi yang tergambar lengkap. Dari berbagai sumber, secara singkat beta coba ungkap.

Armada ekspedisi untuk melayari laut dan melintasi samudra, serta sistem navigasi dan peta pelayaran berubah drastis, sejalan penemuan benua dan wilayah baru yang kemudian dipetakan. Peta itu menjadi saling terkait, dan disimpulkan dalam satu peta utuh yang mencantumkan permukaan bumi dengan tanah kering benua, pulau, laut, samudra, dan jalur pelayaran. Tergambarlah peta bumi, dan dijadikan pedoman untuk berimigrasi, melintasi, menemukan tempat baru dengan mengelilingi muka bumi. Benar adanya filsuf Yunani yang memperkirakan sebelumnya bahwa “bumi ini bulat”, hal itu terbukti setelah Christopher Columbus “salah jalan” lalu menemukan benua Indian - Amerika sekarang,, tetapi Magelhans meneruskan “peta buta” hingga pada akhirnya peta itu saling tersambung, menghubungkan utara dan selatan, serta timur dan barat posisi muka bumi. Satu peta bumi yang menerangkan bumi ini bulat.


The Spice Islands dan Ferdinand Magellan,  "Entry Point" Menuju Dunia Baru
Kapal layar  Victoria, yang pertama mengelilingi dunia(Sumber Dokumentasi  Alifirusupamaraina)


Di awali dengan pelayaran armada Portogis pimpinan Vasco da Gama tahun 1497 dari benua biru –Eropa, melalui rute timur melewati Tanjung Pengharapan, benua hitam - Afrika. Kemudian Christopher Columbus, penjelajah Italia yang menyeberangi samudra Atlantik melalui rute utara dan menemukan benua merah – Amerika, yang dikira anak benua India dan berakhir di situ. Perjalanannya menandai awal berabad-abad penaklukkan dan kolonisasi trans-atlantik dan trans-benua.

Selanjutnya Ferdinand Magellan, melanjutkan jejak Chritoper Colombus. Berangkat dari Spanyol 20 September 1519, dengan armada ekspedisi lima kapal - Trinidad, San Antonio, Concepcion, Santiago, dan Victoria, yang mengangkut 237 orang. “The Armada de Molucca” nama armada ekspedisinya. Magellan ditemani ahli navigator Juan Sebastián Elcano atau dipanggil El Cano, dan ahli perbintangan Rui Faleiro. Melalui samudra Atlantik, kemudian menyusuri belahan timur benua Amerika Latin. Setelah menyusuri setiap tanjung, teluk dan muara sungai untuk melihat kemungkinan jalur lintas ke sisi barat, armadanya mencapai sebuah tanjung, dan sekitar delapan mil di luarnya mereka menemukan sebuah selat – kemudian dinamai Selat Magellan, yang panjangnya sekitar 200 mil, terbentang dari timur ke barat. Setibanya di sebelah barat selat, dengan hanya 3 kapal -  satu kapal hilang dan kapal San Antonio kabur kembali ke Spanyol. Tanggal 28 November 1520 melintasi samudera Pasifik, Magellan menamainya "Peaceful Sea" laut yang sangat damai atau lautan teduh. Tanggal 6 Maret 1521 tiba di kepulauan Philipina, Magellan dan armadanya mendarat di pulau Mactan. Tetapi, penduduk pribumi setempat tidak menerima kehadiran mereka sehingga terjadi kontak senjata pada 27 April 1521, Magellan beserta sekitar 60 anak buahnya terbunuh. Komando lalu dipegang El Cano dengan 108 anak buah tersisa yang sebagian terluka dan juga sakit. Karena itu satu kapal dibakar dan hanya kapal Victoria dan Trinidad yang berlayar menuju kepulauan Maluku. Setelah sekitar delapan belas bulan berlayar, akhirnya tanggal 8 Nopember 1521, mereka mendarat di Tidore – kepulauan Maluku. Almansur, Sultan Tidore saat itu yang menyambut kedatangan mereka, serta saling sepakat untuk transaksi pembelian cengkeh. 11 November 1521, hanya satu kapal tersisa Victoria yang masih layak digunakan, armada tersisa Magellan bertolak meninggalkan Tidore menuju selatan Maluku hingga pulau Timor dan membelok ke barat melewati samudra Hindia. Tanggal 6 September 1522, kapal Victoria yang di komandoi El Cano, berisi 381 karung cengkeh – senilai biaya armada lima kapal asli, dengan delapan belas anak buah tersisa mencapai Sanlúcar de Barrameda dan dilabuhkan di dermaga Distrik  Triana, Seville – Spanyol, dan melapor kepada Raja Spanyol Charles I. Armada Magellan ekspedisinya tuntas mengelilingi dunia untuk pertama kalinya.

Magellan adalah seorang berkebangsaan Portogis yang ditolak oleh Raja Portogis, tetapi mendapat kepercayaan Raja Spanyol untuk rencana ekspedisinya. Pelayaran tersebut bermula setelah sebelumnya Magellan mendapat surat dari sahabatnya Francisco Serrao yang saat itu sudah menjadi penasehat kerajaan Ternate. Serrao seorang pengusaha pembeli cengkeh yang sudah tiba di Maluku sebelumnya bersama armada Portogis pimpinan Antonio de Abreau pada tahun 1512. Dalam suratnya diceritakan rute ke kepulauan Maluku. Fancisco Serrao  bersama armada Portogis pimpinan Antonio de Abreau, melalui rute selatan menuju kepulauan Maluku. Serrao hadir di Ternate lebih dulu karena dijemput utusan kerajaan Ternate di wilayah Nusatelu – pulau Ambon, sementara itu Abreau dan armadanya masih berlabuh di Banda sebelum menuju ke utara Maluku.

Mata manusia bumi terbelalak, terperangah, terbuka, sesuatu yang tidak terkirakan sebelumnya muncul dan benar-benar mencengangkan, ternyata bumi itu terbukti bulat sebagai akibat positif dari pencarian kepulauan Maluku. Berawal dari godaan manis dan rayuan mematikan aroma “emas coklat”  The Spice Islands - di Kepulauan Rempah-rempah ; cengkeh dan pala. Komoditas langka yang hanya ada di bumi bangsa Alifuru. Bangsa yang hingga hari ini masih didebatkan bahkan di”lecehkan”, seakan bangsa tidak beradab – bodoh, terbelakang, kotor, dan telanjang.

Migrasi dan lalulintas manusia yang diikuti dengan penyebaran agama, ilmu pengetahuan, teknologi, hingga seni dan budaya. Akulturasi sosial antar bangsa-bangsa di dunia, melahirkan manusia ras campuran, tatanan kebudayaan baru dan modern. Sebaliknya mengancam budaya pribumi yang rentan dan pada akhirnya menggerus identitas asal-usul menjadi terasimilasi melahirkan manusia dengan latar kehidupan lintas bangsa dan wilayah. Buktinya antara lain di Maluku, selain bangsa pribumi, terdapat begitu banyak keturunan ras campuran berbagai bangsa – selain suku di Nusantara.

Sesungguhnya kontribusi bumi Alifuru, bangsa “tidak beradab” pribumi Kepulauan Maluku dengan kepemilikan sumber daya alamnya yang setara emas – tentu emas asli pun ada, inilah yang menjadi salah satu titik awal cikal bakal perubahan dunia. Tersihir emas coklat bumi Alifuru, berakibat manusia bumi saling berebut dan menguasai dengan cara penjajahan. Terbentuk pula sistem perdagangan dunia yang saling terhubung antar benua dan bangsa-bangsa, dengan peta navigasi dan peta dunia yang sudah lebih baik. Terciptalah sistem ekonomi pasar secara global, dan terbentuknya perusahaan holding terbesar dan sangat berkuasa yaitu Perusahaan Dagang Hindia Timur (Vereenigde Oostindische Compagnie - VOC) didirikan tanggal 20 Maret 1602 di negara Belanda tetapi beroperasi begitu luasnya. Terjadinya peperangan dengan rentan waktu terlama sejak awal abad limabelas hingga pertengahan abad kesembilan belas dengan puncaknya perang dunia kedua. Peperangan yang melibatkan begitu banyak bangsa-bangsa di dunia dan mengorbankan begitu banyak nyawa manusia dan harta benda. Hampir semua itu, “gara-gara” komoditi unggulan setara emas, yaitu cengkeh dan pala.

Aroma “mistik” rempah bumi terkaya bangsa Alifuru ras Melanesia - pribumi kepulauan  yang terbentang dari pulau Morotai di utara hingga pulau Selaru di selatan, nyata menjadi titik awal jejak perubahan zaman, yaitu cikal bakal munculnya zaman pencerahan, melalui revolusi industri dan sistem perekonomian yang baru,  hingga membentuk kehidupan dunia yang maju lebih modern. Dan satu lagi “jangan dilupakan apalagi dihapus dari catatan sejarah” yaitu kepulauan Nusantara yang keberadaan sebelumnya saling pisah dalam kekuasaan dan pemerintahan - kecuali disatukan demi kepentingan oleh kolonial Belanda, kemudian berubah dengan disatukan dan terbentuklah sebuah negara bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Depok, 28/07/2019
----------------------------------------------
Sumber ; Dokumentasi pada penulis.

No comments:

Post a Comment