M. Thaha Pattiiha
(Seri #MOZAIKCoffee)
(Seri #MOZAIKCoffee)
Pernik-pernik
kisah di masa lalu dalam peristiwa demi peristiwa yang selalu menarik untuk selalu diperbincangkan, ketika bangsa-bangsa Eropa
berupaya menguasai kepulauan Rempah-rempah Maluku, selalu menarik dan tidak
pernah bosan dan lelah untuk kembali diangkat dan dipublikasikan. Tentang
bagaimana persaingan bangsa-bangsa memperebutkan wilayah penghasil rempah-rempah, dan politik
kekuasaan yang dijalankan dengan menempuh berbagai cara, taktik dan strategi. Begitu pun dengan sepenuhnya dikerahkan pengetahuan, kemampuan, dan kekuatan fisik, alat, dan senjata, untuk membangun pertahanan serta mampu menundukkan sasaran dan lawan.
Ilustrasi First Circumnavigation of the World ; "The Armada de Molucca", Ferdinand Magellan
(Sumber peta; libweb5.princeton.edu)
Manusia
dari bangsa-bangsa besar, begitu tergoda dan terpaku pada keinginan dan harapan
untuk bisa mendapatkan dan bila perlu menguasai sepenuhnya keharuman semerbak
wangi aroma rempah-rempah cengkeh dan pala. Raga terbius wangi rempah-rempah alam tropis, memacu hasrat untuk menggerakkan langkah mencari,
di mana gerangan adanya, mungkinkah itu ada di muka bumi tetapi di belahan bumi
yang mana letaknya. Bangsa Eropa yang mendapatkan pasokan rempah cengkeh dari pedagang Jazirah Arab sejak sekitar abad keempat Masehi dengan harga sangat mahal dan
asalnya yang dirahasiakan tempatnya, kemudian berusaha mencari sendiri di
mana asal tumbuhan berbentuk “paku” dengan aroma sangat menawan rasa itu.
Vasco
da Gama dari Portogis yang gagal menemukan Maluku dalam pelayarannya di tahun
1497 melalui Tanjung Pengharapan, akhirnya lego jangkar di India. Melalui
perjalanan darat dia menuju China, begitu pun saat kembali ke Eropa. Tetapi
Vasco da Gama berhasil menguak rahasia asalmuasal cengkeh hingga diperdagangkan
di Eropa. Melalui pedagang Arab yang secara estafet didapat dari Persia melalui
pedagang Gujarat-India, yang dipasok bangsa China, melalui lintasan perdagangan
“Jalur Sutra”. Lebih dari satu Millennium rahasia cengkeh tersimpan rapih oleh
bangsa China yang juga sudah satu Millennium sebelumnya telah menemukan cengkeh
dan Maluku. Rute yang panjang dalam era yang begitu lama cengkeh
diperdagangkan.
Melalui
bandar Tyre di Yunani dan Venesia di Italia, cengkeh masuk ke daratan Eropa. Namun
dengan harga jual yang luar biasa mahal. Pada sekitar tahun 1599, cengkeh
dihargai 35 Real per Bahar – satuan berat yang mendekati 400 pound. Harga terus
naik hingga 50 Real, bahkan mencapai 70 Real di tahun 1610. Suatu nilai harga
yang disetarakan dengan emas murni seberat 7 gram. Catatan-catatan para biarawan Fransiskan --yang
disalin dan dikutip oleh van Frassen-- bahkan menyebut cengkeh sebagai salah satu
bahan utama pengawet mumi para Fir’aun, penguasa Mesir Kuno. Beberapa
pakar sejarah dan arkeologi menyatakan bahwa rempah-rempah Maluku
bahkan sudah ditemukan artefaknya di Lembah Mesopotomia (wilayah
Iraq dan sekitarnya sekarang) pada 3.000 tahun sebelum Masehi.
Cengkeh dan Pala, Hasil bumi Kepulauan Rempah-rempah
Sejarah
panjang dan berurutan persaingan manusia dari berbagai bangsa di muka bumi
dengan segudang cerita kemenangan dan kekalahan, kejayaan dan kejatuhan, hingga
kejayaan dalam kemakmuran hingga kebangkrutan. Penjajahan dan pengusiran,
perang dan adu domba, telah menyebabkan jutaan nyawa menjadi korban, semata
untuk menguasai rempah-rempah cengkeh dan pala yang begitu bernilai dalam harga
yang setara emas.
Kerajaan
Spanyol, Portogis, Belanda, dan Inggris, dari Eropa begitu bernafsu dan berambisi, saling bersaing
dan saling sikut, saling berperang, untuk bisa memonopoli komoditi hasil bumi sekaligus
menguasai wilayah penghasil rempah-rempah kepulauan Maluku. Kecuali kerajaan-kerajaan
besar di kepulauan Nusantara, serta para pedagang perorangan dan kelompok dari
berbagai negara dan bangsa lain, seperti Arab, Persia, India - Gujarat, China,
Jerman, dan Melayu, yang hanya semata hadir untuk berdagang.
Dalam
periode waktu pun hampir tidak terbatas, karena selama persaingan itu
berlangsung, telah menghabiskan ratusan tahun, dan mencatatkan beragam hal lain
yang turut memperluas wawasan tentang luas bumi dan segala kebaikan dan
keburukannya, selain dampak yang ditimbulkan.
Dikatakan oleh Blair, Lawrence dan Lorne Blair – Buku “Ring of Fire” : An Indonesian
Odissey”, 2010, “Kemampuan menyimpan
makanan lebih dari yang kami makan, sekaligus berarti kemampuan menjual dan
membelinya dalam jumlah besar – dan kota-kota dagang pun mekar – perekonomian
yang dihasilkannya mengarahkan kami ke zaman pencerahan dan kemudian revolusi
industri. Tak lama setelah kami menghirup aroma yang kuat (cengkeh) dari Timur
itu dan mengubah kimiawi makanan kami, maka kami pun mampu melakukan lompatan
besar dalam bidang budaya dan seni.”
Dari catatan sejarah yang disalin dari buku Ekspedisi Cengkeh, Kepulauan yang berada di wilayah cincin api, antara tiga lempengan besar bumi yang membentuk kandungan mineral melimpah di perut bumi yang menjadikan alam Maluku begitu subur dan menghasilkan tumbuh-tumbuhan langka dan khas. Aroma lidah ayam – kata bangsa China. Bangsa-bangsa Eropa menyebutnya rempah cakar. Ada juga yang menyebut paku, dan kuku.
Tumbuhan bernama latin syzygium aromaticum, clove
dalam bahasa Inggris yang berasal dari bahasa Latin clavus, clou dalam
Bahasa Prancis, untuk menyebut cengkeh – tangkai bunga kering beraroma dari
keluarga pohon Myrtaceae. Pohon yang tumbuh di pulau Makian serta
Ternate, Tidore, Moti, dan Bacan, yang pertama kali tumbuh dan menghasilkan
cengkeh kualitas terbaik. Sebelum kemudian setelah kehadiran bangsa-bangsa
Eropa, khususnya Belanda, cengkeh hanya boleh ditanam di pulau Ambon, Saparua,
Haruku, dan Nusalaut. Hal itu sebagai cara kontrol monopoli untuk menstabilkan
harga cengkeh dengan menerapkan sistem politik Hongi Tochten, sementara
bukan saja kontrol produksi dan perdagangan cengkeh, tetapi juga pala di
kepulauan Banda. Cengkeh, juga pala kemudian ramai ditanam di pulau-pulau lain seperti
Halmahera dan Ceram(Seram) – dua pulau besar di Maluku, secara tersembunyi oleh
penduduk pribumi, dan diperdagangkan secara gelap kepada pembeli lain dengan
harga lebih baik dari harga beli pihak Belanda.
Sejarah
panjang perjalanan dalam usaha mengelilingi bumi, ditoreh para pengarung samudera
dan pelintas benua. Alasan paling menarik adalah guna menemukan bumi bagian kepulauan
rempah-rempah - Maluku, yang terletak di garis katulistiwa, yang dengan itu
hingga melahirkan peta bumi yang tergambar lengkap. Dari berbagai sumber, secara singkat beta coba ungkap.
Armada
ekspedisi untuk melayari laut dan melintasi samudra, serta sistem navigasi dan
peta pelayaran berubah drastis, sejalan penemuan benua dan wilayah baru yang
kemudian dipetakan. Peta itu menjadi saling terkait, dan disimpulkan dalam satu
peta utuh yang mencantumkan permukaan bumi dengan tanah kering benua, pulau, laut, samudra, dan jalur pelayaran. Tergambarlah peta bumi, dan dijadikan pedoman untuk
berimigrasi, melintasi, menemukan tempat baru dengan mengelilingi muka bumi.
Benar adanya filsuf Yunani yang memperkirakan sebelumnya bahwa “bumi ini
bulat”, hal itu terbukti setelah Christopher Columbus “salah jalan” lalu menemukan benua Indian - Amerika sekarang,, tetapi
Magelhans meneruskan “peta buta” hingga pada akhirnya peta itu saling
tersambung, menghubungkan utara dan selatan, serta timur dan barat posisi muka
bumi. Satu peta bumi yang menerangkan bumi ini bulat.
Kapal layar Victoria, yang pertama mengelilingi dunia(Sumber Dokumentasi Alifirusupamaraina)
Di awali
dengan pelayaran armada Portogis pimpinan Vasco da Gama tahun 1497 dari benua
biru –Eropa, melalui rute timur melewati Tanjung Pengharapan, benua hitam -
Afrika. Kemudian Christopher Columbus, penjelajah Italia yang menyeberangi
samudra Atlantik melalui rute utara dan menemukan benua merah – Amerika, yang
dikira anak benua India dan berakhir di situ. Perjalanannya menandai awal
berabad-abad penaklukkan dan kolonisasi trans-atlantik dan trans-benua.
Selanjutnya
Ferdinand Magellan, melanjutkan jejak Chritoper Colombus. Berangkat dari Spanyol
20 September 1519, dengan armada ekspedisi lima kapal - Trinidad, San Antonio, Concepcion,
Santiago, dan Victoria, yang mengangkut 237
orang. “The
Armada de Molucca” nama armada ekspedisinya. Magellan ditemani ahli navigator Juan Sebastián Elcano atau
dipanggil El Cano, dan ahli perbintangan Rui Faleiro. Melalui samudra Atlantik,
kemudian menyusuri belahan timur benua Amerika Latin. Setelah menyusuri setiap
tanjung, teluk dan muara sungai untuk melihat kemungkinan jalur lintas ke sisi barat,
armadanya mencapai sebuah tanjung, dan sekitar delapan mil di luarnya mereka
menemukan sebuah selat – kemudian dinamai Selat Magellan, yang panjangnya
sekitar 200 mil, terbentang dari timur ke barat. Setibanya di sebelah barat selat,
dengan hanya 3 kapal - satu kapal hilang
dan kapal San Antonio kabur kembali ke Spanyol. Tanggal 28 November 1520
melintasi samudera Pasifik, Magellan menamainya "Peaceful Sea" laut yang sangat damai atau lautan teduh. Tanggal 6
Maret 1521 tiba di kepulauan Philipina, Magellan dan armadanya mendarat di pulau
Mactan. Tetapi, penduduk pribumi setempat tidak menerima kehadiran mereka
sehingga terjadi kontak senjata pada 27 April 1521, Magellan beserta sekitar 60
anak buahnya terbunuh. Komando lalu dipegang El Cano dengan 108 anak buah tersisa
yang sebagian terluka dan juga sakit. Karena itu satu kapal dibakar dan hanya
kapal Victoria dan Trinidad yang berlayar menuju kepulauan Maluku. Setelah sekitar
delapan belas bulan berlayar, akhirnya tanggal 8 Nopember 1521, mereka mendarat
di Tidore – kepulauan Maluku. Almansur, Sultan Tidore saat itu yang menyambut
kedatangan mereka, serta saling sepakat untuk transaksi pembelian cengkeh. 11
November 1521, hanya satu kapal tersisa Victoria yang masih layak digunakan,
armada tersisa Magellan bertolak meninggalkan Tidore menuju selatan Maluku
hingga pulau Timor dan membelok ke barat melewati samudra Hindia. Tanggal 6
September 1522, kapal Victoria yang di komandoi El Cano, berisi 381 karung
cengkeh – senilai biaya armada lima kapal asli, dengan delapan belas anak buah
tersisa mencapai Sanlúcar de Barrameda dan dilabuhkan di dermaga Distrik Triana, Seville – Spanyol, dan melapor kepada Raja
Spanyol Charles I. Armada Magellan ekspedisinya tuntas mengelilingi dunia untuk
pertama kalinya.
Magellan
adalah seorang berkebangsaan Portogis yang ditolak oleh Raja Portogis, tetapi
mendapat kepercayaan Raja Spanyol untuk rencana ekspedisinya. Pelayaran
tersebut bermula setelah sebelumnya Magellan mendapat surat dari sahabatnya
Francisco Serrao yang saat itu sudah menjadi penasehat kerajaan Ternate. Serrao
seorang pengusaha pembeli cengkeh yang sudah tiba di Maluku sebelumnya bersama
armada Portogis pimpinan Antonio de Abreau pada tahun 1512. Dalam suratnya diceritakan
rute ke kepulauan Maluku. Fancisco Serrao bersama armada Portogis pimpinan Antonio de
Abreau, melalui rute selatan menuju kepulauan Maluku. Serrao hadir di Ternate
lebih dulu karena dijemput utusan kerajaan Ternate di wilayah Nusatelu – pulau Ambon,
sementara itu Abreau dan armadanya masih berlabuh di Banda sebelum menuju ke
utara Maluku.
Mata manusia bumi terbelalak,
terperangah, terbuka, sesuatu yang tidak terkirakan sebelumnya muncul dan
benar-benar mencengangkan, ternyata bumi itu terbukti bulat sebagai akibat
positif dari pencarian kepulauan Maluku. Berawal dari godaan manis dan rayuan
mematikan aroma “emas coklat” The Spice Islands - di Kepulauan
Rempah-rempah ; cengkeh dan pala. Komoditas langka yang hanya ada di bumi
bangsa Alifuru. Bangsa yang hingga hari ini masih didebatkan bahkan
di”lecehkan”, seakan bangsa tidak beradab – bodoh, terbelakang, kotor, dan
telanjang.
Migrasi
dan lalulintas manusia yang diikuti dengan penyebaran agama, ilmu pengetahuan,
teknologi, hingga seni dan budaya. Akulturasi sosial antar bangsa-bangsa di
dunia, melahirkan manusia ras campuran, tatanan kebudayaan baru dan modern.
Sebaliknya mengancam budaya pribumi yang rentan dan pada akhirnya menggerus
identitas asal-usul menjadi terasimilasi melahirkan manusia dengan latar
kehidupan lintas bangsa dan wilayah. Buktinya antara lain di Maluku, selain
bangsa pribumi, terdapat begitu banyak keturunan ras campuran berbagai bangsa –
selain suku di Nusantara.
Sesungguhnya
kontribusi bumi Alifuru, bangsa “tidak beradab” pribumi Kepulauan Maluku dengan
kepemilikan sumber daya alamnya yang setara emas – tentu emas asli pun ada,
inilah yang menjadi salah satu titik awal cikal bakal perubahan dunia. Tersihir
emas coklat bumi Alifuru, berakibat manusia bumi saling berebut dan menguasai dengan
cara penjajahan. Terbentuk pula sistem perdagangan dunia yang saling terhubung
antar benua dan bangsa-bangsa, dengan peta navigasi dan peta dunia yang sudah lebih
baik. Terciptalah sistem ekonomi pasar secara global, dan terbentuknya
perusahaan holding terbesar dan sangat berkuasa yaitu Perusahaan Dagang Hindia Timur
(Vereenigde Oostindische Compagnie - VOC) didirikan tanggal 20 Maret
1602 di negara Belanda tetapi beroperasi begitu luasnya. Terjadinya peperangan dengan
rentan waktu terlama sejak awal abad limabelas hingga pertengahan abad
kesembilan belas dengan puncaknya perang dunia kedua. Peperangan yang melibatkan
begitu banyak bangsa-bangsa di dunia dan mengorbankan begitu banyak nyawa
manusia dan harta benda. Hampir semua itu, “gara-gara” komoditi unggulan setara
emas, yaitu cengkeh dan pala.
Aroma “mistik” rempah bumi terkaya bangsa Alifuru ras
Melanesia - pribumi kepulauan yang terbentang dari pulau Morotai di utara
hingga pulau Selaru di selatan, nyata menjadi titik awal jejak perubahan zaman, yaitu cikal bakal
munculnya zaman pencerahan, melalui revolusi industri dan sistem perekonomian yang baru, hingga membentuk kehidupan dunia yang maju lebih modern. Dan
satu lagi “jangan dilupakan apalagi dihapus dari catatan sejarah” yaitu
kepulauan Nusantara yang keberadaan sebelumnya saling pisah dalam kekuasaan dan pemerintahan - kecuali disatukan demi kepentingan oleh kolonial Belanda, kemudian berubah dengan disatukan dan
terbentuklah sebuah negara bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Depok, 28/07/2019
----------------------------------------------
Sumber ; Dokumentasi pada penulis.
No comments:
Post a Comment