Tahun lalu, setelah mengikuti secara
serius perjalanan dan perkembangan proyek Blok Masela sambil menghimpun dan
merangkum berbagai informasi, dan berita - data
sekunder, kemudian di“racik” dan menghasilkan tulisan dengan judul ; ABADI
FIELD BLOK MASELA ; JALAN TERJAL MEREBUT HAK MALUKU. Tulisan tersebut di
publikasikan - dengan judul berbeda yaitu Blok Masela juga di upload pada website masyarakat ilmiah internasional ;
Maluku.academia.edu/MThahaPattiiha, serta dibagikan di berbagai Social Media.
Tulisan
tersebut sepertinya “tidak menarik” khususnya bagi Orang Maluku, tetapi beberapa
tanggapan positif dari beberapa pembaca di dalam dan luar Indonesia, khususnya
pemerhati energi dan pegiat migas. Tanggapan positif serta dilanjutkan dengan
diskusi untuk beberapa hal, dilakukan via email. Setidaknya ada apresiasi, dan
karena itu beta bersyukur dan bersemangat untuk terus menyajikan yang
dipikirkan. Perlu persembahan “sirih-pinang” – pengantar, sekalian menjawab
kata tanya mengapa beta - semampu
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, akan sering bersuara tentang Blok
Masela.
Tanggungjawab secara moral sebagai Pribumi Maluku, menjadi dasar motivasi
untuk terus bersuara tentang kepentingan Maluku di proyek raksasa berskala global, Lapangan
Gas Abadi Blok Masela. Titik tumpu perhatian, dikhususkan kepada bagaimana
kepentingan porsi Maluku benar-benar mendapat perhatian pembagiannya serta
manfaat sebesar-besarnya dari kekayaan SDA Maluku di Blok Masela untuk
kesejahteraan hidup penduduk(pribumi) Maluku. Melalui “kata yang bermakna” dan
dipublikasikan, diharapkan akan berfungsi sebagai pisau sayatan untuk mengupas buah
masalah lebih rapi dan pantas demi mendapatkan kualitas dan keunggulan hasil guna memenuhi kepentingan yang
diimpikan Maluku. Dalam istilah bahasa pribumi Alifuru – Maluku, disebut Tabaos, yaitu menyuarakan atau
menyampaikan sesuatu hal atau pesan penting ke publik, sang penyampai pesan
disebut Marinyo. Beta sebagai salah
satu pribumi Maluku, adalah marinyo yang akan selalu ber-tabaos tentang Blok
Masela.
Prolog
Proyek Lapangan Gas Abadi Bloka
Masela, bukan proyek biasa. Proyek sangat padat modal, tekhnologi,
keahlian- teknis, administrasi, dan diplomasi, serta kepentingan – ekonomi
maupun politik. Kebutuhan akan energi di era indistrialisai ekonomi modern
telah menghadirkan kesulitan pemenuhannya, yang tentu berakibat terjadi
perebutan dan menimbulkan perseturuan.
Berbagai fenomena
menarik yang muncul dari proyek energi gas raksasa di Blok Masela yang berskala
global, untuk berpendapat setelah diamati dan disimak dalam pandangan sebagai
”anak daerah Maluku”. Negara hadir dengan power luar biasa dalam hal hak
penguasaannya terhadap sumber daya alam (SDA), di lain pihak, di lokasi
keberadaan SDA – sebagai penghasil, seperti terabaikan secara sengaja hak
kepemilikannya. Belajar dari pengalaman kasus yang lain, yang dimana tidak
terpenuhinya manfaat secara ekonomi maupun sosial bagi masyarakat sekitar
wilayah SDA yang dieksploitasi. Sesuatu yang mengganggu nalar dan kesadaran
anak bangsa dalam memandang manfaat bernegara.
Pembahasan tentang potensi luar biasa dan
kemungkinan-kemungkinan hal baik maupun buruk dari proyek raksasa Lapangan Gas
Abadi Bloka Masela, masih saja dan akan terus menjadi kajian menarik. Sayang
untuk tidak diperhatikan secara serius sebagai Orang Maluku, begitupan beta. Terkesan ada hal-hal yang seperti
sengaja memposisikan wilayah/daerah penghasil, hanya “Satpam” – Satuan
Pengaman, bagi kekuasaan negara. Atas dasar kekuasaan negara yang diatur melalui
regulasi, telah membuntukan hak-hak kepemilikan kekayaan SDA oleh wilayah/daerah
penghasil, yang seharusnya diposisikan dalam pemanfaatan dan hasilnya harus lebih
proporsional agar terbaca ada keadilan dalam bernegara.
Sebagai rangkaian dari
tulisan sebelumnya, pada tulisan ini – yang terdiri dari beberapa bagian
bahasan, lebih difokuskan kepada penjelasan pada beberapa hal yang sepertinya
masih agak keliru dipahami, khususnya oleh masyarakat Maluku. Selain untuk
mengingatkan dan membangun sikap kehati-hatian dalam mengamati dan mengikuti
perkembangan proyek super nilai dari kekayaan sumber daya alam (SDA) bumi
Maluku, yang cenderung kehilangan daya dan posisi. Apakah Maluku akan diuntungkan atau sebaliknya malah akan mengalami nasib lebih
buruk dari emas Papua.
Apresiasi
Usaha Pemerintah Indonesia Untuk Blok Masela
Blok
Masela adalah Lapangan gas abadi dengan potensi luar biasa, salah satu terbesar
di dunia dan berskala global. Perbandingan luas area Lapangan gas abadi Blok Masela, bila
disandingkan dengan peta wilayah DKI Jakarta – lihat peta, malah bisa melampaui hingga menjangkau kota Depok, kota
Bekasi, dan Tangerang. Blok Masela dikelolah Inpex Corporation melalui anak perusahaan Inpex Masela, bersama Shell Upstream Overseas Service Ltd. Inpex
memulai pengelolaannya sejak Kontrak Bagi Hasil Produksi (Production Sharing Contract /PSC)
ditandatangani tanggal 16 November 1998 untuk jangka waktu 30 tahun. Awal waktu
– tahun 1998, yang menunjuk kepada masa akhir pemerintahan Orde Baru. Tentu
negosiasi awal masih dalam masa kekuasaan Presiden Soeharto, kemudian masuk
dalam masa pemerintahan B.J. Habibie – Orde Reformasi, saat kontrak pertama
kali ditandatangani. Pemerintahan berikutnya adalah Presiden Abdurrakhman
Wahid, Megawati Soekarno Puteri, Susilo Bambang Yudhoyono, dan hingga saat ini era
pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Perbandingan luas area Lapangan gas abadi Blok Masela,
bila disandingkan dengan peta wilayah DKI Jakarta, malah bisa melampaui hingga
menjangkau kota Depok, kota Bekasi, dan Tangerang(Sumber; SKK Migas)
Pada bulan Desember 2010, di tahun pertama periode
kedua pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Proposal Rencana
Pengembangan (Plan of Development /PoD)
pertama Blok Masela ditandatangani pemerintah, dengan hak partisispasi Inpex Corporation (65%) dan mitranya Shell Upstream Overseas Services Ltd (35%).
Karena kembali ditemukan potensi baru yang lebih besar yaitu 10,73 TCF - Trillion
Cubic Feet (triliun kaki kubik) dari sebelumnya
6,97 TCF, sehingga kapasitas produksi dari yang sebelumnya 2,5 MTPA - Metrik Ton Per Annum ( juta ton per tahun) ditingkatkan
menjadi 7,5 MTPA dengan skema kilang LNG
- Liquefield Natural Gas (gas alam cair), di laut – Offshore.
Skema atau opsi tersebut kemudian berubah setelah Presiden Joko Widodo
memutuskan kilang di darat – Onshore,
pada Maret 2016. Inpex kembali mengulang proses kajian dan merevisi PoD sebelumnya
disesuaikan dengan skema baru yaitu kilang LNG di darat, dengan rencana
kapasitas produksi kilang LNG 9,5 MTPA, dan gas pipa sebesar 150 MMSCFD - Million Standard Cubic Feet per Day (Juta kaki kubik per
hari).1)
Perubahan skema kilang di darat, setidaknya telah merubah
banyak hal dan tarik-ulur terjadi antara pemerintah dan kontraktor, termasuk
pihak lain yang berkepentingan. Berakibat pada perlunya pertemuan-pertemuan
untuk melakukan diskusi, maupun
perundingan, guna mencapai kesepakatan. Kesepakatan untuk
memastikan akan segera dimulai beroperasinya proyek pengembangan pertambangan
gas di lapangan Abadi Blok Masela, baru dapat jelas terlihat di pertengahan
tahun ini. Beberapa pertemuan secara intensif antara SKK Migas – mewakili
Pemerintah, dengan pihak kontraktor Inpex maupun Shell dilakukan.
Dalam pertemuan Senin 27 Mei 2019 di Tokyo, 2) sebagai lanjutan dari pertemuan sebelumnya pada 16 Mei 2019, antara Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan dan Chief Executive Officer Inpex Corporation Takayuki Ueda, sejumlah poin strategis disepakati. Dalam pertemuan tersebut Menteri Jonan di damping Kepala dan Wakil Kepala SKK Migas - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, serta seorang Deputi. Secara final Pemerintah dan Inpex bersepakat mengenai 3(tiga) hal, yaitu biaya pengembangan, besaran split, dan insentif. Kesepakatan tersebut ditandai dengan penandatanganan Minute of Meeting3) oleh Dwi Soetjipto – Kepala SKK Migas, dan Takayuki Ueda - CEO Inpex Corporation.
Dalam pertemuan Senin 27 Mei 2019 di Tokyo, 2) sebagai lanjutan dari pertemuan sebelumnya pada 16 Mei 2019, antara Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan dan Chief Executive Officer Inpex Corporation Takayuki Ueda, sejumlah poin strategis disepakati. Dalam pertemuan tersebut Menteri Jonan di damping Kepala dan Wakil Kepala SKK Migas - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, serta seorang Deputi. Secara final Pemerintah dan Inpex bersepakat mengenai 3(tiga) hal, yaitu biaya pengembangan, besaran split, dan insentif. Kesepakatan tersebut ditandai dengan penandatanganan Minute of Meeting3) oleh Dwi Soetjipto – Kepala SKK Migas, dan Takayuki Ueda - CEO Inpex Corporation.
Selanjutnya pada 16 Juni 2019, SKK
Migas dan Inpex Corporation, sama-sama menandatangani Pokok-pokok
Kesepakatan Kerja Sama (Head of Agreement
/HoA) pengembangan lapangan hulu
migas Masela oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik
Indonesia Ignasius Jonan, Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang Hiroshige Seko, dan CEO dan Presiden Direktur Inpex Corporation, Takayuki Ueda, di Karuizawa Jepang.4) Melalui perundingan dan kesepakatan tersebut, pada akhirnya Proposal
Revisi PoD Blok Masela pada akhirnya dapat disetujui pemerintah, dan
diserahkan oleh Kepala SKK Migas ke Inpex dan Shell, Selasa, 16
Juli 2019, disaksikan Menteri ESDM dan Presiden Joko Widodo.
Pemerintah Indonesia pun telah setuju alokasi
tambahan waktu 7(tujuh) tahun tambahan waktu produksi. Maka targetkan mulai produksi
– Onstream, di tahun 2027 – satu tahun sebelum masa
tambahan waktu berakhir di tahun 2028, dan kontrak kerja sama yang akan
berakhir di tahun 2028, diperpanjang selama selama 20(duapuluh) tahun, yaitu
sampai tahun 2048. Dengan tambahan waktu produksi 7(tujuh) tahun yang
dijanjikan pemerintah, maka kontrak baru akan berakhir di tanggal 15 November
tahun 2055. Sehingga total waktu produksi selama 28 tahun (2027 – 2055)
pertama, dan sudah pula dilakukan perpanjangan lagi selama 20 tahun kedua,
yaitu mulau tahun 2055 hingga tahun 2075.5)
Proses yang panjang dalam rentang waktu yang lama,
dengan sejumlah pergantian Presiden dan era pemerintahan. Kerja besar dan
melelahkan yang patut diapresiasi. Sebaliknya, bila dikatakan dalam kurun waktu
selama itu, masalah Blok Masela dibiarkan tergantung atau terkatung-katung pun
sangat egois rasanya, apalagi sampai dibilang negosiasi pengelolaan Blok Masela
sampai berlangsung selama 20(duapuluh) tahun, 6)
itu keliru baca dan tafsir. Sebab memang perjalanan proyek raksasa ini tidak mungkin
bisa cepat selama fase eksplorasi – pelajari Sejarah Perjalanan Blok Masela – lihat info grafis di bawah ini, kecuali
di fase eksploitasi tentu kalau prosesnya lamban itu yang perlu dipertanyakan
sekaligus harus dikritisi. Dan demi kebaikan negara dan bangsa, lenyapkan
intrik bermakna politis yang bermaksud menafikan peran pemerintahan dan
presiden-presiden Indonesia sebelumnya.
Sejarah perjalanan Blok
Masela, sejak Kontrak pertamakali ditandatangni(16/11/1998) hingga Januari 2013
(Sumber; SKK Migas7) )
Kampung Bulak, 28 Agustus 2019
Bersambung ke bagiann kedua ; Gas Maluku dan Emas Papua Indonesia Kaya
No comments:
Post a Comment