Alifuru Supamaraina: BLOK MASELA, MALUKU HANYA “LAYANG_LAYANG”?

Thursday, August 29, 2019

BLOK MASELA, MALUKU HANYA “LAYANG_LAYANG”?

Oleh ; M. Thaha Pattiiha
BLOK MASELA,  MALUKU HANYA “LAYANG_LAYANG”?
            Ilustrasi Lapangan Abadi Blok Mesela di wilayah Kepulauan Maluku(Oleh; @embun01)

  -   “Sirih-pinang” 

       Tahun lalu, setelah mengikuti secara serius perjalanan dan perkembangan proyek Blok Masela sambil menghimpun dan merangkum berbagai informasi, dan berita -  data sekunder, kemudian di“racik” dan menghasilkan tulisan dengan judul ; ABADI FIELD BLOK MASELA ; JALAN TERJAL MEREBUT HAK MALUKU. Tulisan tersebut di publikasikan - dengan judul berbeda yaitu Blok Masela juga di upload pada website masyarakat ilmiah internasional  ;  Maluku.academia.edu/MThahaPattiiha, serta dibagikan di berbagai Social Media.

Tulisan tersebut sepertinya “tidak menarik” khususnya bagi Orang Maluku, tetapi beberapa tanggapan positif dari beberapa pembaca di dalam dan luar Indonesia, khususnya pemerhati energi dan pegiat migas. Tanggapan positif serta dilanjutkan dengan diskusi untuk beberapa hal, dilakukan via email. Setidaknya ada apresiasi, dan karena itu beta bersyukur dan bersemangat untuk terus menyajikan yang dipikirkan. Perlu persembahan “sirih-pinang” – pengantar, sekalian menjawab kata tanya mengapa beta - semampu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, akan sering bersuara tentang Blok Masela.

Tanggungjawab secara moral sebagai Pribumi Maluku, menjadi dasar motivasi untuk terus bersuara tentang kepentingan Maluku di proyek raksasa berskala global, Lapangan Gas Abadi Blok Masela. Titik tumpu perhatian, dikhususkan kepada bagaimana kepentingan porsi Maluku benar-benar mendapat perhatian pembagiannya serta manfaat sebesar-besarnya dari kekayaan SDA Maluku di Blok Masela untuk kesejahteraan hidup penduduk(pribumi) Maluku. Melalui “kata yang bermakna” dan dipublikasikan, diharapkan akan berfungsi sebagai pisau sayatan untuk mengupas buah masalah lebih rapi dan pantas demi mendapatkan kualitas dan keunggulan  hasil guna memenuhi kepentingan yang diimpikan Maluku. Dalam istilah bahasa pribumi Alifuru – Maluku, disebut Tabaos, yaitu menyuarakan atau menyampaikan sesuatu hal atau pesan penting ke publik, sang penyampai pesan disebut Marinyo. Beta sebagai salah satu pribumi Maluku, adalah marinyo yang akan selalu ber-tabaos tentang Blok Masela.


Prolog

          Proyek Lapangan Gas Abadi Bloka Masela, bukan proyek biasa.  Proyek sangat padat modal, tekhnologi, keahlian- teknis, administrasi, dan diplomasi, serta kepentingan – ekonomi maupun politik. Kebutuhan akan energi di era indistrialisai ekonomi modern telah menghadirkan kesulitan pemenuhannya, yang tentu berakibat terjadi perebutan dan menimbulkan perseturuan.

Berbagai fenomena menarik yang muncul dari proyek energi gas raksasa di Blok Masela yang berskala global, untuk berpendapat setelah diamati dan disimak dalam pandangan sebagai ”anak daerah Maluku”. Negara hadir dengan power luar biasa dalam hal hak penguasaannya terhadap sumber daya alam (SDA), di lain pihak, di lokasi keberadaan SDA – sebagai penghasil, seperti terabaikan secara sengaja hak kepemilikannya. Belajar dari pengalaman kasus yang lain, yang dimana tidak terpenuhinya manfaat secara ekonomi maupun sosial bagi masyarakat sekitar wilayah SDA yang dieksploitasi. Sesuatu yang mengganggu nalar dan kesadaran anak bangsa dalam memandang manfaat bernegara.

Pembahasan tentang potensi luar biasa dan kemungkinan-kemungkinan hal baik maupun buruk dari proyek raksasa Lapangan Gas Abadi Bloka Masela, masih saja dan akan terus menjadi kajian menarik. Sayang untuk tidak diperhatikan secara serius sebagai Orang Maluku, begitupan beta. Terkesan ada hal-hal yang seperti sengaja memposisikan wilayah/daerah penghasil, hanya “Satpam” – Satuan Pengaman, bagi kekuasaan negara. Atas dasar kekuasaan negara yang diatur melalui regulasi, telah membuntukan hak-hak kepemilikan kekayaan SDA oleh wilayah/daerah penghasil, yang seharusnya diposisikan dalam pemanfaatan dan hasilnya harus lebih proporsional agar terbaca ada keadilan dalam bernegara.

Sebagai rangkaian dari tulisan sebelumnya, pada tulisan ini – yang terdiri dari beberapa bagian bahasan, lebih difokuskan kepada penjelasan pada beberapa hal yang sepertinya masih agak keliru dipahami, khususnya oleh masyarakat Maluku. Selain untuk mengingatkan dan membangun sikap kehati-hatian dalam mengamati dan mengikuti perkembangan proyek super nilai dari kekayaan sumber daya alam (SDA) bumi Maluku, yang cenderung kehilangan daya dan posisi. Apakah Maluku akan diuntungkan atau sebaliknya malah akan mengalami nasib lebih buruk dari emas Papua.


Apresiasi Usaha Pemerintah Indonesia Untuk Blok Masela

          Blok Masela adalah Lapangan gas abadi dengan potensi luar biasa, salah satu terbesar di dunia dan berskala global. Perbandingan  luas area Lapangan gas abadi Blok Masela, bila disandingkan dengan peta wilayah DKI Jakarta – lihat peta, malah bisa melampaui hingga menjangkau kota Depok, kota Bekasi, dan Tangerang. Blok Masela dikelolah Inpex Corporation melalui anak perusahaan Inpex Masela, bersama Shell Upstream Overseas Service Ltd. Inpex memulai pengelolaannya sejak Kontrak Bagi Hasil Produksi (Production Sharing Contract /PSC) ditandatangani tanggal 16 November 1998 untuk jangka waktu 30 tahun. Awal waktu – tahun 1998, yang menunjuk kepada masa akhir pemerintahan Orde Baru. Tentu negosiasi awal masih dalam masa kekuasaan Presiden Soeharto, kemudian masuk dalam masa pemerintahan B.J. Habibie – Orde Reformasi, saat kontrak pertama kali ditandatangani. Pemerintahan berikutnya adalah Presiden Abdurrakhman Wahid, Megawati Soekarno Puteri, Susilo Bambang Yudhoyono, dan hingga saat ini era pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Perbandingan  luas area Lapangan gas abadi Blok Masela, bila disandingkan dengan peta wilayah DKI Jakarta, malah bisa melampaui hingga menjangkau kota Depok, kota Bekasi, dan Tangerang
Perbandingan  luas area Lapangan gas abadi Blok Masela, bila disandingkan dengan peta wilayah DKI Jakarta, malah bisa melampaui hingga menjangkau kota Depok, kota Bekasi, dan Tangerang(Sumber; SKK Migas)

Pada bulan Desember 2010, di tahun pertama periode kedua pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Proposal Rencana Pengembangan (Plan of Development /PoD) pertama Blok Masela ditandatangani pemerintah, dengan hak partisispasi Inpex Corporation (65%) dan mitranya Shell Upstream Overseas Services Ltd (35%). Karena kembali ditemukan potensi baru yang lebih besar yaitu 10,73 TCF - Trillion Cubic Feet (triliun kaki kubik) dari sebelumnya 6,97 TCF, sehingga kapasitas produksi dari yang sebelumnya 2,5 MTPA - Metrik Ton Per Annum ( juta ton per tahun) ditingkatkan menjadi 7,5 MTPA dengan skema kilang LNG - Liquefield Natural Gas (gas alam cair), di laut – Offshore. Skema atau opsi tersebut kemudian berubah setelah Presiden Joko Widodo memutuskan kilang di darat – Onshore, pada Maret 2016. Inpex kembali mengulang proses kajian dan merevisi PoD sebelumnya disesuaikan dengan skema baru yaitu kilang LNG di darat, dengan rencana kapasitas produksi kilang LNG 9,5 MTPA, dan gas pipa sebesar 150 MMSCFD - Million Standard Cubic Feet per Day (Juta kaki kubik per hari).1)

Perubahan skema kilang di darat, setidaknya telah merubah banyak hal dan tarik-ulur terjadi antara pemerintah dan kontraktor, termasuk pihak lain yang berkepentingan. Berakibat pada perlunya pertemuan-pertemuan untuk melakukan  diskusi, maupun perundingan, guna mencapai kesepakatan. Kesepakatan untuk memastikan akan segera dimulai beroperasinya proyek pengembangan pertambangan gas di lapangan Abadi Blok Masela, baru dapat jelas terlihat di pertengahan tahun ini. Beberapa pertemuan secara intensif antara SKK Migas – mewakili Pemerintah, dengan pihak kontraktor Inpex maupun Shell dilakukan. 

Dalam pertemuan Senin 27 Mei 2019 di Tokyo, 2) sebagai lanjutan dari pertemuan sebelumnya pada 16 Mei 2019, antara Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan dan Chief Executive Officer Inpex Corporation Takayuki Ueda, sejumlah poin strategis disepakati. Dalam pertemuan tersebut Menteri Jonan di damping Kepala dan Wakil Kepala SKK Migas - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, serta seorang Deputi. Secara final Pemerintah dan Inpex bersepakat mengenai 3(tiga) hal, yaitu biaya pengembangan, besaran split, dan insentif. Kesepakatan tersebut ditandai dengan penandatanganan  Minute of Meeting3) oleh Dwi Soetjipto – Kepala SKK Migas, dan Takayuki Ueda - CEO Inpex Corporation.

Selanjutnya pada 16 Juni 2019, SKK Migas dan Inpex Corporation, sama-sama menandatangani Pokok-pokok Kesepakatan Kerja Sama (Head of Agreement /HoA) pengembangan lapangan hulu migas Masela oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia Ignasius Jonan, Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang Hiroshige Seko, dan CEO dan Presiden Direktur Inpex Corporation, Takayuki Ueda, di Karuizawa Jepang.4) Melalui perundingan dan kesepakatan tersebut, pada akhirnya Proposal Revisi PoD Blok Masela pada akhirnya dapat disetujui pemerintah, dan diserahkan oleh Kepala SKK Migas ke Inpex dan Shell, Selasa, 16 Juli 2019, disaksikan Menteri ESDM dan Presiden Joko Widodo.

Pemerintah Indonesia pun telah setuju alokasi tambahan waktu 7(tujuh) tahun tambahan waktu produksi. Maka targetkan mulai produksi – Onstream,  di tahun 2027 – satu tahun sebelum masa tambahan waktu berakhir di tahun 2028, dan kontrak kerja sama yang akan berakhir di tahun 2028, diperpanjang selama selama 20(duapuluh) tahun, yaitu sampai tahun 2048. Dengan tambahan waktu produksi 7(tujuh) tahun yang dijanjikan pemerintah, maka kontrak baru akan berakhir di tanggal 15 November tahun 2055. Sehingga total waktu produksi selama 28 tahun (2027 – 2055) pertama, dan sudah pula dilakukan perpanjangan lagi selama 20 tahun kedua, yaitu mulau tahun 2055 hingga tahun 2075.5)

Proses yang panjang dalam rentang waktu yang lama, dengan sejumlah pergantian Presiden dan era pemerintahan. Kerja besar dan melelahkan yang patut diapresiasi. Sebaliknya, bila dikatakan dalam kurun waktu selama itu, masalah Blok Masela dibiarkan tergantung atau terkatung-katung pun sangat egois rasanya, apalagi sampai dibilang negosiasi pengelolaan Blok Masela sampai berlangsung selama 20(duapuluh) tahun, 6) itu keliru baca dan tafsir. Sebab memang perjalanan proyek raksasa ini tidak mungkin bisa cepat selama fase eksplorasi – pelajari Sejarah Perjalanan Blok Masela – lihat info grafis di bawah ini, kecuali di fase eksploitasi tentu kalau prosesnya lamban itu yang perlu dipertanyakan sekaligus harus dikritisi. Dan demi kebaikan negara dan bangsa, lenyapkan intrik bermakna politis yang bermaksud menafikan peran pemerintahan dan presiden-presiden Indonesia sebelumnya.
Perbandingan  luas area Lapangan gas abadi Blok Masela, bila disandingkan dengan peta wilayah DKI Jakarta, malah bisa melampaui hingga menjangkau kota Depok, kota Bekasi, dan Tangerang
Sejarah perjalanan Blok Masela, sejak Kontrak pertamakali ditandatangni(16/11/1998) hingga Januari 2013 (Sumber; SKK Migas7) )



Kampung Bulak, 28 Agustus 2019


Bersambung ke bagiann kedua  ; Gas Maluku dan Emas Papua Indonesia Kaya

No comments:

Post a Comment