Alifuru Supamaraina: Poco-poco dan Derita Sang Pencipta ; Arie Sapulette

Thursday, August 16, 2018

Poco-poco dan Derita Sang Pencipta ; Arie Sapulette

Prolog

Saat sedang membersihkan dan merapikan lemari, terdapat satu kotak kecil yang berisi sejumlah compact disk(CD) dan digital vidio disc(DVD) berisi lagu-lagu Maluku. Satu per satu dilihat dan dirapikan. Rencananya akan diserahkan ke orang lain, karena sudah lama juga di dalam rumah tidak lagi digunakan, sudah digantikan dengan musik langsung dari telepon pintar. Beta tertarik untuk melihat satu album CD kompilasi lagu berirama pop melayu, yang pada sampulnya tertulis lagu poco-poco, dinyanyikan oleh Yopi Latul. Lagu tersebut sudah lama tidak diperdengarkan di dalam rumah. Kecuali dua hingga tiga tahun lalu masih sering diputarkan, baik untuk sekadar didengarkan atau sekalian untuk berjoget atau bergoyang gaya poco-poco.

Selama itu pula, beta tidak pernah tau siapa pencipta lagunya dan cerita latar-belakang terciptanya lagu tersebut. Kadang seperti itu, mungkin juga sama dengan sebagian orang lain, yang cenderung hanya tau sebuah lagu dan siapa penyanyinya, tetapi jarang mau tau siapa pencipta lagunya. Seperti itu juga yang terjadi dengan lagu poco-poco. Sebuah lagu etnik khas kepulauan Maluku dan sekitarnya, termasuk Sulawesi Utara dan Papua, tetapi kemudian menjadi dikenal dimana-mana di seluruh Indonesia, bahkan hingga ke luar negeri.


The Largest Poco-poco Dance

Pada sebuah stasiun televisi nasional, ada siaran berita pagi yang menayangkan sebuah acara senam masal di tengah kota Jakarta. Pagi itu, hari minggu 5 Agustus 2018, terlihat udara cerah disepanjang jalan Jenderal Sudirman, terus Jalan M.H. Thamrin, hingga masuk ke area seputaran Monumen Nasional(Monas) Jakarta. Berjejer dengan rapi dan berseragam olah raga yang sama model dan sama warna, ribuan orang bersama-sama sedang bersenam dalam gaya menari dengan satu gerak tari dan irama lagu yang sama, poco-poco.

Sebagaimana yang dilaporkan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Iman Nahrawi sesaat sebelum acara dimulai, kegiatan itu diikuti peserta sebanyak 65.000 orang, dan 1.500 Instruktur, serta 5.000 orang Panitia pendukung, sebagaimana diberitakan secara online oleh beritahati.co.  Ternyata pula tidak itu saja, viva.co.id melaporkan bahwa ribuan orang narapidana penghuni Lembaga Pemasyarakatan(LP) di seluruh Indonesia, ikut berpartisipasi tetapi dimasing-masing lokasi LP. tribunnews.com merincinya lagi dengan Tentara Nasional Indonesia(TNI) 10.000 orang, Polri 5.000. Kementerian/Lembaga 6.700 orang, siswa SLTA se-DKI Jakarta 27.000 orang, Guru olahraga SLTA se-DKI 3.000, Satuan Kerja pemerintah Daerah DKI 1.000 orang, 10.500 orang dari lingkungan RT/RW dan perumahan, sanggar senam dan fitness centre, dan lain-lain.

Poco-poco dan  Derita  Sang Pencipta ; Arie Sapulette

Peserta The Largest Poco-poco Dance depa PP.Sarinah Jalan Thamrin Jakarta( Sumber foto ;  www.brilio.net )

Mereka menari sekaligus bersenam dalam gaya tarian poco-poco. Terdapat Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dan beberapa Menteri Anggota Kabinetnya, Gubernur DKI Jakarta, dan berbagai kalangan pejabat, pengusaha, pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum. Keramaian itu direncanakan dan dimaksudkan untuk selain menyambut perhelatan Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang, juga sekaligus dalam usaha memecahkan Rekor Dunia Senam. Diberi label The Largest Poco-poco Dance, dengan jumlah peserta terbanyak dan serta barisan peserta terpanjang.

Semua orang dalam satu komando dan satu gerak yang sama, peserta secara harmonis sama-sama menari dalam suasana riang dan gembira, dinamis, dan tentu sangat positif untuk kesehatan tubuh dan mental. Bisa seperti itu karena hal itu dihasilkan dari motivasi irama sebuah lagu yang menyatu dengan gerak yang tercipta bersama lagu tersebut, lagu poco-poco dan tarian(joget) poco-poco.

Napi peserta The Largest Poco-poco Dance di LP Cipinang Jakarta

Napi peserta The Largest Poco-poco Dance di LP Cipinang Jakarta(Sumber foto; Dirjen Pemasyarakatan Kemenkumham)

Tragisnya Nasib Pencipta Lagu Poco-poco

Adalah Arie Sapulette, seorang putra Maluku yang lahir 58 tahun lalu di kota Ternate, dialah sebagai pencipta lagu dan sekaligus goyang poco-poco.
Disaat keramaian yang penuh kegembiraan oleh ribuan orang sedang menarikan gaya goyang poco-poco dan diiringi lagu poco-poco, sebaliknya sang “maestro poco-poco” sedang meraung-raung, dan mengurung diri di dalam kamar kecil dan gelap berukuran 3 meter x 4 meter di lantai dua, pada sebuah rumah sederhana di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kenyataan yang terjadi ketika ditemui pewarta dari kompas.id dan seperti diberitakan, bahwa Arie saat ini sedang berada dalam kondisi kesehatan penuh penderitaan dan sangat menyedihkan, Arie menderita penyakit yang disebut skizofrenia.


Skizofrenia bukan penyakit gila dan bukan tidak dapat disembuhkan. Sebagaimana beta kutip dari hellosehat.com Penyakit skizofrenia adalah gangguan mental kronis dan parah yang memengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan (berempati), dan berperilaku. Orang dengan skizofrenia mungkin tampak seperti telah kehilangan kontak dengan realitas. Orang dengan skizofrenia akan sulit membedakan mana dunia nyata dengan dunia khayalan. Ini karena gejala penyakit skizofrenia sering mencakup pengalaman psikotik, seperti mendengar suara-suara tak berwujud, halusinasi atau delusi.

Melalui, Ayah Arie, Zefnath Sapulette (84 tahun), diceritakan bahwa putranya sering menghindar saat ada orang yang tidak dikenalnya datang ke rumahnya. Arie dirawat dan dipenuhi kebutuhan hidupnya oleh sang ayah, seorang purnawirawan TNI Angkatan Darat, dan adik Arie, Ferry Sapulette (56 tahun), yang bekerja serabutan. Sementara itu anak dan istri Arie sudah tidak lagi tinggal bersama, saat Arie mulai sakit dan walau sudah diusahakan dengan dibawa untuk dirawat di beberapa rumah sakit jiwa, penyakit Arie tetap saja belum juga sembuh. Sehingga diputuskan untuk dirawat saja di dalam rumah.

Arie Sapulette adalah anak keempat dari tujuh bersaudara, pendidikannya sejak dari SD hingga SMA di Ternate, dan melanjutkan ke Akademi Bahasa Asing di Jakarta. Kemudian kembali ke Ternate, dan menjadi tenaga honorer di kantor Depnaker. Selama sepuluh tahun bekerja, dia tidak juga dapat diangkat sebagai pegawai tetap. Sejak itu Arie mulai sering menjadi pemurung dan pemarah. Pada tahun 1990, Arie berangkat ke Jakarta, menyusul kakaknya Melky Sapulette. Setahun kemudian menyusul adiknya Ferry Sapulette. Bersama saudara sepupu mereka Roni, dibentuk group band bernama Nanaku Group. Sementara kondisi Arie setelah sibuk dengan musik menjadi lebih baik, tidak lagi pemurung dan pemarah.


Riwayat Poco-poco

Lagu poco-poco merupakan lagu dari album pertama Nanaku Group yang diproduksi yaitu PT Kie Raha Intraprindo (KRI), perusahaan rekaman sendiri yang juga mereka bentuk dan Melki sebagai Direktur. Lagu poco-poco menjadi sangat laku di industri musik Indonesia. Pada tahun 1993, mereka lalu masuk studio rekaman di Gemini Record. Lalu pada tahun 1995, Yopi Latul menyanyikan kembali lagu poco-poco, dan hasilnya pun semakin dikenal masyarakat secara luas. Selain itu mereka juga menghasilkan beberapa album lagu pop dan lagu rohani.

Arie yang menciptakan lagu poco-poco, disesuaikan dengan perkembangan hidup anak muda tahun 90-an, yang menceritakan seorang anak bayi mungil yang lucu dan menjadi seorang gadis cantik yang diistilahkan dengan bahasa “gaul” orang Manado maupun Ternate yaitu ; poco-poco. Sementara gerakannya, terinspirasi dari gerakan tentara yang sedang senam pagi. Gerakan senam yang sangat dikenal oleh Arie, ketika masih bersama orang tua – bapaknya yang tentara, dan saudara-saudaranya tinggal di asrama TNI-AD di Ternate.

Irama Lagu dan musik serta gerak tarian poco-poco, sangat dinamis, lincah, indah dan menyenangkan. Mendengar lagu itu, kita seperti diajak untuk tetap tidak diam, selain itu syair lagunya pun menggambarkan karakter sosial masyarakat umumnya, khususnya tentang “nakal”nya mata laki-laki ketika memandang seorang perempuan dengan kriteria yang sungguh menarik. Gerak tari poco-poco yang dilhami gerak senam tentara, boleh jadi pada tentara terilhami juga tari Yospan dari Papua, seperti juga goyang(joget) Wayase dari daerah Maluku bagian tengah. 
  
Sangat menyenangkan dan menggembirakan, dan tentu monumental karena fenomena yang berkembang, menjadikan lagu dan tari atau goyangan poco-poco masih tetap saja diminati masyarakat luas dari berbagai elemen. Itu ungkapan yang pantas untuk karya cipta lagu dan goyangan tari poco-poco yang diciptakan Arie Sapulette, yang dipopulerkan pertamakalinya bersama Nanaku Group di awal tahun 90-an. Sayangnya, harga pendapatan secara finansial atas karya cipta itu tidak sebesar nilai penggunaan dan kegunaannya. 

Seperti yang diceritakan Ferry lebih lanjut kepada kompas.id, sekalipun mereka merasa bangga karena lagu poco-poco menjadi terkenal dan disukai banyak orang, akan tetapi kegiatan-kegiatan besar yang menggunakan lagu dan gerakan poco-poco, mereka tidak pernah dilibatkan. Seiring pula maraknya aksi pembajakan lagu poco-poco, yang berarti royalty pun tidak maksimal didapat. Aktifitas musik mereka pun kian meredup, dan sepertinya hal itu ikut mempengaruhi kejiwaan Arie, karena kemudian kondisi kesehatan Arie kembali lagi seperti sebelumnya, hingga semakin parah sebagaimana sekarang ini.

Menurut Ketua Umum Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) HakCipta Karya Cipta Indonesia, menyatakan bahwa Arie masih ada setiap tahun mendapatkan hak royalty dari semua hak cipta lagu-lagunya sebesar Rp 3 juta, tetapi diterima oleh istrinya Sondang Paulina.


Epilog

CD poco-poco beta pisahkan dari CD dan DVD yang lain, diletakkan kembali ke lemari, urung untuk “diungsikan”. Setidaknya beta seng pernah kenal dan bertemu dengan sang penciptanya Arie Sapulette, tetapi sebagai bentuk penghargaan walau sekadar menyimpan saja CD berisi lagu poco-poco tersebut. CD dimaksud, setelah diperhatikan cover dan labelnya ternyata juga bukan yang asli, alias bajakan. Padahal dibeli lebih dari sepuluh tahun lalu pada sebuah toko musik di kawasan pasar Kranji kota Bekasi, bukan di kaki lima.

Sebuah karya cipta, seperti lagu poco-poco, hanya contoh fenomena yang menggambarkan masih minimnya apreasi yang pantas untuk sebuah penciptaan, di Indonesia.

Arie Sapulette sebagai pencipta dan serta Yopi Latul sebagai penyanyi lagu poco-poco, sempat diberikan penghargaan oleh Menpora atas nama Pemerintah Indonesia, pada saat penyelenggara The Largest Poco-poco Dance. Penghargaan “biasa”, yang tidak sebanding dengan nilai dan kegunaan penciptaan dan tidak berarti apa-apa untuk menyembuhkan penyakit kejiwaan  yang sementara diderita Arie Sapulette, sang pencipta lagu dan tarian poco-poco.

                                                                                                                   Depok, 10 Agustus 2018
                                                                                                  Penulis
                                                                                                                 M. Thaha Pattiiha )*

--------------------------------
)* Pemerhati Politik, Sosial, dan Budaya
- beta ; saya, aku
Sumber Bacaan ;
-        https://kompas.id/baca/utama/2018/08/09/nasib-tragis-pencipta-lagu-poco-poco/
-        https://www.pressreader.com/indonesia/kompas/20180809/281535111814007
-        http://www.beritahati.com/berita/48242/Presiden%2BJokowi%2BSenam%2BPoco-Poco%2BRakyat%2BSehat%2BNegara%2BKuat
-        https://www.viva.co.id/berita/nasional/1061389-ratusan-ribu-napi-ikut-pecahkan-rekor-dunia-poco-poco
-        http://jakarta.tribunnews.com/2018/07/21/65000-orang-bakal-menari-poco-poco-secara-kolosal-sambut-asian-games

No comments:

Post a Comment