Alifuru Supamaraina: August 2018

Monday, August 20, 2018

Surat Terbuka dari Maluku kepada Presiden Republik Indonesia Ir Joko Widodo

Kepada Yth

Ir Joko Widodo
Presiden Republik Indonesia

Putra bangsa yang saya banggakan
Presiden yang saya hormati…

17 Agustus 2018 tepat 73 tahun perjalanan bangsa ini, NKRI telah dinyatakan merdeka artinya telah terbebas dari segala bentuk penjajahan.
Ijinkan saya memberitahu kepada Bapak Presiden bahwa hari ini masih ada sekumpulan anak bangsa yang sangat merasakan belum adanya sebuah kemerdekaan. Anak bangsa yang saya maksud adalah bangsa MALUKU yang sampai detik ini masih tetap setia dalam bingkai NKRI walaupun segala bentuk ketidakadilan dan kezhaliman negara selalu mereka dapatkan.
Bapak Presiden H Ir Joko Widodo yang saya banggakan, sekali lagi ijinkan saya untuk sedikit mengingatkan apa yang pernah disampaikan atau diucapkan pendiri bangsa ini, Sang Proklamator, Bapak Ir Soekarno, 64 tahun silam:
“TERIMA KASIH KEPADA RAKYAT MALUKU ATAS KESETIAANNYA KEPADA CITA CITA NASIONAL.
INDONESIA TANPA MALUKU,INDONESIA BUKANLAH INDONESIA”
-17 AGUSTUS 1954-
Dari perkataan Presiden Soekarno saat itu, maka sudah dipastikan Soekarno sangat tahu arti Maluku bagi NKRI ini. Namun para pemimpin setelah Soekarno telah melupakan pernyataan penuh makna dari beliau.
Bapak Presiden yang saya banggakan,sebagai generasi MALUKU, tentunya saya sangat miris dan tidak dapat diterima,jika MALUKU yang kaya akan SDA namun MALUKU tetap miskin dan menderita.
Terpilihnya Bapak Joko Widodo sebagai Presiden ke-7 negara ini merupakan sebuah anugrah ALLAH SWT, TUHAN YANG MAHA KUASA, serta kepercayaan rakyat Indonesia yang mana terdapat pula masyarakat Maluku dan tentunya Bapak Presiden tidak lupa kalau MALUKU selain merupakan salah satu dari delapan daerah pendiri bangsa ini, Maluku juga merupakan salah satu daerah yang berhasil memenangkan Bapak Joko Widodo saat Pilpres 2014 silam.
Bapak Presiden yang sangat saya banggakan,
Bukan menjadi sebuah rahasia lagi,10-20 tahun kedepan MALUKU dengan segala kekayaan SDA akan mampu membiayai NKRI ini…namun untuk kesekian kali ijinkan saya mengingatkan Bapak Presiden terkait:
1.PERPRES 131 TAHUN 2015 YANG TELAH DIUNDANGKAN SECARA RESMI TERTANGGAL 9 NOVEMBER 2015,DIMANA DELAPAN KABUPATEN YANG ADA DI MALUKU DITETAPKAN SEBAGAI DAERAH TERTINGGAL (DITINGGALKAN) LIMA TAHUN KEDEPAN.
Apakah ada solusi yang coba negara hadirkan untuk persoalan ini, sama sekali tidak ada, jika ada pasti dengan mudah atas nama keadilan dana perimbangan daerah untuk Maluku sudah selesai dibahas.
APAKAH INI ADIL BAGI MALUKU????
2.SELAMA HAMPIR EMPAT DEKADE, RAKYAT MALUKU MELALUI PEMERINTAH DAERAH,MEMPERJUANGKAN YANG NAMANYA “TUNJANGAN KEMAHALAN” NAMUN TIDAK PERNAH DIRESPOND OLEH NEGARA/PEMERINTAH PUSAT.
APAKAH INI SEBUAH KEADILAN BAGI MALUKU????
3. LUAS WILAYAH MALUKU YANG MANA 93% ADALAH LAUTAN DAN 7% ADALAH DARATAN,
PERLU DIINGAT BAHWA 93% WILAYAH LAUT MENJADI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN TERBESAR BAGI NEGARA INI,hanya saja dalam penghitungan DAU dalam APBN untuk MALUKU, 93% ini diabaikan begitu saja,sehingga 7% luas daratan yang dipakai sebagai indikator hitungan.
APAKAH INI YANG DINAMAKAN SEBUAH KEADILAN????
Bapak Presiden H Ir Joko Widodo,pada momentum Perjalanan bangsa dalam 73 tahun kemerdekaan, saya dengan bangga berani mengatakan bahwa tidak ada satupun daerah di negara ini yang begitu mencintai serta menjunjung tinggi NKRI melebihi MALUKU, walaupun berbagai macam bentuk ketidakadilan dan kedzhaliman hingga detik ini selalu masih melekat pada Rakyat MALUKU dan hingga detik ini juga MALUKU masih tetap merupakan bagian yang tak terpisahkan dari NKRI.
Indonesia boleh merdeka namun rasanya Maluku masih terus dijajah oleh segala regulasi-regulasi yang sangat tidak memihak pada kepentingan masyarakat MALUKU.
Untuk itu pada MOMENTUM KEMERDEKAAN kali ini, saya meminta bangsa ini melalui Bapak Prediden Joko Widodo untuk lebih memperhatikan Maluku.
BERIKAN APA YANG SEHARUSNYA MENJADI MILIK RAKYAT MALUKU.
Dalam pasal 33 ayat 3 UUD1945 dengan jelas menyatakan;
Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Tahukah bapak, bahwa dalam sebulan terakhir di Maluku tepatnya di Kabupaten Maluku Tengah, telah terjadi bencana kelaparan hingga mengakibatkan korban jiwa. Apakah negara sadar kontradiksi yang terjadi antara amanat konstitusi dengan realitas hari ini?
BERIKANLAH KEADILAN BAGI RAKYAT MALUKU, karena sangatlah tidak wajar dengan segala yang dimilik namun MALUKU dibiarkan miskin maupun dimiskinkan, dibuat tertinggal ataupun ditinggalkan.
“JANGAN PERNAH TINGGALKAN MALUKU,SETELAH MILIK MALUKU DIRAMPAS”
Bapak Presiden yang saya banggakan,,,
Kesenjangan merupakan hasil dari ketidakadilan dan ketidakadilan itu sendiri merupakn akar dari perpecahan yang dapat menimbulkan disintegrasi bangsa.
Jangan pernah salahkan rakyat Maluku jika hari ini ada suara maupun nyanyian merdeka,sebab Maluku sungguh dimarginalkan. MALUKU BAGAIKAN ANAK HARAM DI IBU PERTIWI INI.
Untuk itu saya sebagai generasi muda Maluku menyurati Bapak Presiden Joko Widodo agar kiranya momentum Kemerdekaajvyang ke-73 tahun ini, MALUKU DAPAT DIPERLAKUKAN SECARA ADIL,SEADIL-ADILNYA.
TERAKHIR yang ingin saya sampaikan, “JANGAN PERNAH MEMBIARKAN PELUANG TERULANGNYA KEMBALI SEJARAH MASA LALU DALAM VERSI YANG BERBEDA”.
Akhirnya saya ucapkan DIRGAHAYU NKRI YANG KE 73 Tahun. Jadikan MALUKU SEJAHTERA, MALUKU BERMARTABAT BUKAN MALUKU KAYA, MALUKU MERANA.
Terima kasih, salam sejahtera

Ambon,16 AGUSTUS 2018
KOORDINATOR PAPARISA PERJUANGAN MALUKU
ADHY FADHLY

Thursday, August 16, 2018

Poco-poco dan Derita Sang Pencipta ; Arie Sapulette

Prolog

Saat sedang membersihkan dan merapikan lemari, terdapat satu kotak kecil yang berisi sejumlah compact disk(CD) dan digital vidio disc(DVD) berisi lagu-lagu Maluku. Satu per satu dilihat dan dirapikan. Rencananya akan diserahkan ke orang lain, karena sudah lama juga di dalam rumah tidak lagi digunakan, sudah digantikan dengan musik langsung dari telepon pintar. Beta tertarik untuk melihat satu album CD kompilasi lagu berirama pop melayu, yang pada sampulnya tertulis lagu poco-poco, dinyanyikan oleh Yopi Latul. Lagu tersebut sudah lama tidak diperdengarkan di dalam rumah. Kecuali dua hingga tiga tahun lalu masih sering diputarkan, baik untuk sekadar didengarkan atau sekalian untuk berjoget atau bergoyang gaya poco-poco.

Selama itu pula, beta tidak pernah tau siapa pencipta lagunya dan cerita latar-belakang terciptanya lagu tersebut. Kadang seperti itu, mungkin juga sama dengan sebagian orang lain, yang cenderung hanya tau sebuah lagu dan siapa penyanyinya, tetapi jarang mau tau siapa pencipta lagunya. Seperti itu juga yang terjadi dengan lagu poco-poco. Sebuah lagu etnik khas kepulauan Maluku dan sekitarnya, termasuk Sulawesi Utara dan Papua, tetapi kemudian menjadi dikenal dimana-mana di seluruh Indonesia, bahkan hingga ke luar negeri.


The Largest Poco-poco Dance

Pada sebuah stasiun televisi nasional, ada siaran berita pagi yang menayangkan sebuah acara senam masal di tengah kota Jakarta. Pagi itu, hari minggu 5 Agustus 2018, terlihat udara cerah disepanjang jalan Jenderal Sudirman, terus Jalan M.H. Thamrin, hingga masuk ke area seputaran Monumen Nasional(Monas) Jakarta. Berjejer dengan rapi dan berseragam olah raga yang sama model dan sama warna, ribuan orang bersama-sama sedang bersenam dalam gaya menari dengan satu gerak tari dan irama lagu yang sama, poco-poco.

Sebagaimana yang dilaporkan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Iman Nahrawi sesaat sebelum acara dimulai, kegiatan itu diikuti peserta sebanyak 65.000 orang, dan 1.500 Instruktur, serta 5.000 orang Panitia pendukung, sebagaimana diberitakan secara online oleh beritahati.co.  Ternyata pula tidak itu saja, viva.co.id melaporkan bahwa ribuan orang narapidana penghuni Lembaga Pemasyarakatan(LP) di seluruh Indonesia, ikut berpartisipasi tetapi dimasing-masing lokasi LP. tribunnews.com merincinya lagi dengan Tentara Nasional Indonesia(TNI) 10.000 orang, Polri 5.000. Kementerian/Lembaga 6.700 orang, siswa SLTA se-DKI Jakarta 27.000 orang, Guru olahraga SLTA se-DKI 3.000, Satuan Kerja pemerintah Daerah DKI 1.000 orang, 10.500 orang dari lingkungan RT/RW dan perumahan, sanggar senam dan fitness centre, dan lain-lain.

Poco-poco dan  Derita  Sang Pencipta ; Arie Sapulette

Peserta The Largest Poco-poco Dance depa PP.Sarinah Jalan Thamrin Jakarta( Sumber foto ;  www.brilio.net )

Mereka menari sekaligus bersenam dalam gaya tarian poco-poco. Terdapat Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dan beberapa Menteri Anggota Kabinetnya, Gubernur DKI Jakarta, dan berbagai kalangan pejabat, pengusaha, pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum. Keramaian itu direncanakan dan dimaksudkan untuk selain menyambut perhelatan Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang, juga sekaligus dalam usaha memecahkan Rekor Dunia Senam. Diberi label The Largest Poco-poco Dance, dengan jumlah peserta terbanyak dan serta barisan peserta terpanjang.

Semua orang dalam satu komando dan satu gerak yang sama, peserta secara harmonis sama-sama menari dalam suasana riang dan gembira, dinamis, dan tentu sangat positif untuk kesehatan tubuh dan mental. Bisa seperti itu karena hal itu dihasilkan dari motivasi irama sebuah lagu yang menyatu dengan gerak yang tercipta bersama lagu tersebut, lagu poco-poco dan tarian(joget) poco-poco.

Napi peserta The Largest Poco-poco Dance di LP Cipinang Jakarta

Napi peserta The Largest Poco-poco Dance di LP Cipinang Jakarta(Sumber foto; Dirjen Pemasyarakatan Kemenkumham)

Tragisnya Nasib Pencipta Lagu Poco-poco

Adalah Arie Sapulette, seorang putra Maluku yang lahir 58 tahun lalu di kota Ternate, dialah sebagai pencipta lagu dan sekaligus goyang poco-poco.
Disaat keramaian yang penuh kegembiraan oleh ribuan orang sedang menarikan gaya goyang poco-poco dan diiringi lagu poco-poco, sebaliknya sang “maestro poco-poco” sedang meraung-raung, dan mengurung diri di dalam kamar kecil dan gelap berukuran 3 meter x 4 meter di lantai dua, pada sebuah rumah sederhana di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kenyataan yang terjadi ketika ditemui pewarta dari kompas.id dan seperti diberitakan, bahwa Arie saat ini sedang berada dalam kondisi kesehatan penuh penderitaan dan sangat menyedihkan, Arie menderita penyakit yang disebut skizofrenia.


Skizofrenia bukan penyakit gila dan bukan tidak dapat disembuhkan. Sebagaimana beta kutip dari hellosehat.com Penyakit skizofrenia adalah gangguan mental kronis dan parah yang memengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan (berempati), dan berperilaku. Orang dengan skizofrenia mungkin tampak seperti telah kehilangan kontak dengan realitas. Orang dengan skizofrenia akan sulit membedakan mana dunia nyata dengan dunia khayalan. Ini karena gejala penyakit skizofrenia sering mencakup pengalaman psikotik, seperti mendengar suara-suara tak berwujud, halusinasi atau delusi.

Melalui, Ayah Arie, Zefnath Sapulette (84 tahun), diceritakan bahwa putranya sering menghindar saat ada orang yang tidak dikenalnya datang ke rumahnya. Arie dirawat dan dipenuhi kebutuhan hidupnya oleh sang ayah, seorang purnawirawan TNI Angkatan Darat, dan adik Arie, Ferry Sapulette (56 tahun), yang bekerja serabutan. Sementara itu anak dan istri Arie sudah tidak lagi tinggal bersama, saat Arie mulai sakit dan walau sudah diusahakan dengan dibawa untuk dirawat di beberapa rumah sakit jiwa, penyakit Arie tetap saja belum juga sembuh. Sehingga diputuskan untuk dirawat saja di dalam rumah.

Arie Sapulette adalah anak keempat dari tujuh bersaudara, pendidikannya sejak dari SD hingga SMA di Ternate, dan melanjutkan ke Akademi Bahasa Asing di Jakarta. Kemudian kembali ke Ternate, dan menjadi tenaga honorer di kantor Depnaker. Selama sepuluh tahun bekerja, dia tidak juga dapat diangkat sebagai pegawai tetap. Sejak itu Arie mulai sering menjadi pemurung dan pemarah. Pada tahun 1990, Arie berangkat ke Jakarta, menyusul kakaknya Melky Sapulette. Setahun kemudian menyusul adiknya Ferry Sapulette. Bersama saudara sepupu mereka Roni, dibentuk group band bernama Nanaku Group. Sementara kondisi Arie setelah sibuk dengan musik menjadi lebih baik, tidak lagi pemurung dan pemarah.


Riwayat Poco-poco

Lagu poco-poco merupakan lagu dari album pertama Nanaku Group yang diproduksi yaitu PT Kie Raha Intraprindo (KRI), perusahaan rekaman sendiri yang juga mereka bentuk dan Melki sebagai Direktur. Lagu poco-poco menjadi sangat laku di industri musik Indonesia. Pada tahun 1993, mereka lalu masuk studio rekaman di Gemini Record. Lalu pada tahun 1995, Yopi Latul menyanyikan kembali lagu poco-poco, dan hasilnya pun semakin dikenal masyarakat secara luas. Selain itu mereka juga menghasilkan beberapa album lagu pop dan lagu rohani.

Arie yang menciptakan lagu poco-poco, disesuaikan dengan perkembangan hidup anak muda tahun 90-an, yang menceritakan seorang anak bayi mungil yang lucu dan menjadi seorang gadis cantik yang diistilahkan dengan bahasa “gaul” orang Manado maupun Ternate yaitu ; poco-poco. Sementara gerakannya, terinspirasi dari gerakan tentara yang sedang senam pagi. Gerakan senam yang sangat dikenal oleh Arie, ketika masih bersama orang tua – bapaknya yang tentara, dan saudara-saudaranya tinggal di asrama TNI-AD di Ternate.

Irama Lagu dan musik serta gerak tarian poco-poco, sangat dinamis, lincah, indah dan menyenangkan. Mendengar lagu itu, kita seperti diajak untuk tetap tidak diam, selain itu syair lagunya pun menggambarkan karakter sosial masyarakat umumnya, khususnya tentang “nakal”nya mata laki-laki ketika memandang seorang perempuan dengan kriteria yang sungguh menarik. Gerak tari poco-poco yang dilhami gerak senam tentara, boleh jadi pada tentara terilhami juga tari Yospan dari Papua, seperti juga goyang(joget) Wayase dari daerah Maluku bagian tengah. 
  
Sangat menyenangkan dan menggembirakan, dan tentu monumental karena fenomena yang berkembang, menjadikan lagu dan tari atau goyangan poco-poco masih tetap saja diminati masyarakat luas dari berbagai elemen. Itu ungkapan yang pantas untuk karya cipta lagu dan goyangan tari poco-poco yang diciptakan Arie Sapulette, yang dipopulerkan pertamakalinya bersama Nanaku Group di awal tahun 90-an. Sayangnya, harga pendapatan secara finansial atas karya cipta itu tidak sebesar nilai penggunaan dan kegunaannya. 

Seperti yang diceritakan Ferry lebih lanjut kepada kompas.id, sekalipun mereka merasa bangga karena lagu poco-poco menjadi terkenal dan disukai banyak orang, akan tetapi kegiatan-kegiatan besar yang menggunakan lagu dan gerakan poco-poco, mereka tidak pernah dilibatkan. Seiring pula maraknya aksi pembajakan lagu poco-poco, yang berarti royalty pun tidak maksimal didapat. Aktifitas musik mereka pun kian meredup, dan sepertinya hal itu ikut mempengaruhi kejiwaan Arie, karena kemudian kondisi kesehatan Arie kembali lagi seperti sebelumnya, hingga semakin parah sebagaimana sekarang ini.

Menurut Ketua Umum Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) HakCipta Karya Cipta Indonesia, menyatakan bahwa Arie masih ada setiap tahun mendapatkan hak royalty dari semua hak cipta lagu-lagunya sebesar Rp 3 juta, tetapi diterima oleh istrinya Sondang Paulina.


Epilog

CD poco-poco beta pisahkan dari CD dan DVD yang lain, diletakkan kembali ke lemari, urung untuk “diungsikan”. Setidaknya beta seng pernah kenal dan bertemu dengan sang penciptanya Arie Sapulette, tetapi sebagai bentuk penghargaan walau sekadar menyimpan saja CD berisi lagu poco-poco tersebut. CD dimaksud, setelah diperhatikan cover dan labelnya ternyata juga bukan yang asli, alias bajakan. Padahal dibeli lebih dari sepuluh tahun lalu pada sebuah toko musik di kawasan pasar Kranji kota Bekasi, bukan di kaki lima.

Sebuah karya cipta, seperti lagu poco-poco, hanya contoh fenomena yang menggambarkan masih minimnya apreasi yang pantas untuk sebuah penciptaan, di Indonesia.

Arie Sapulette sebagai pencipta dan serta Yopi Latul sebagai penyanyi lagu poco-poco, sempat diberikan penghargaan oleh Menpora atas nama Pemerintah Indonesia, pada saat penyelenggara The Largest Poco-poco Dance. Penghargaan “biasa”, yang tidak sebanding dengan nilai dan kegunaan penciptaan dan tidak berarti apa-apa untuk menyembuhkan penyakit kejiwaan  yang sementara diderita Arie Sapulette, sang pencipta lagu dan tarian poco-poco.

                                                                                                                   Depok, 10 Agustus 2018
                                                                                                  Penulis
                                                                                                                 M. Thaha Pattiiha )*

--------------------------------
)* Pemerhati Politik, Sosial, dan Budaya
- beta ; saya, aku
Sumber Bacaan ;
-        https://kompas.id/baca/utama/2018/08/09/nasib-tragis-pencipta-lagu-poco-poco/
-        https://www.pressreader.com/indonesia/kompas/20180809/281535111814007
-        http://www.beritahati.com/berita/48242/Presiden%2BJokowi%2BSenam%2BPoco-Poco%2BRakyat%2BSehat%2BNegara%2BKuat
-        https://www.viva.co.id/berita/nasional/1061389-ratusan-ribu-napi-ikut-pecahkan-rekor-dunia-poco-poco
-        http://jakarta.tribunnews.com/2018/07/21/65000-orang-bakal-menari-poco-poco-secara-kolosal-sambut-asian-games

Sunday, August 5, 2018

TUKEL, ITU ORANG MALUKU

TUKEL, ITU ORANG MALUKU
 Ilustrasi(Sunset in Ambon bay) pic.doc

Tukel, sebagai istilah untuk menyebut suatu kebiasaan yang seringkali dilakukan dalam hal berbicara apa saja dengan semangat tinggi tetapi sekadar mengungkap hal-hal yang belum tentu benar, cenderng tidak memiliki tujuan yang bermanfaat atau positif. Tentu apa yang dibicarakan tidak dapat dibuktikan kenyataan atau realisasinya. Sama saja sifatnya dengan istilah yang sudah umum yaitu omong kosong.
Istilah khas di kalangan masyarakat Maluku, untuk menyebut orang yang sering berbicara, bercerita, atau menebar omongan kosong sedemikian, disebut "tukang #kewel", disingkat #Tukel. Sebutan Tukel digunakan untuk mengatakan atau menanggapi orang lain yang banyak bicara, terbiasa bercerita panjang lebar tentang sesuatu, bahkan seakan tau banyak hal, tetapi pada kenyataan di akhirnya, tidak pernah terbukti kebenarannya, atau bukan sesungguhnya.
Sudah lama menjadi istilah umum di kalangan sesama Orang-Maluku. Kadang sebagai candaan menyebut seseorang pada sesama teman, tetapi juga gelar yang cenderung bersifat negatif untuk menghakimi seseorang yang sering kali mengatakan sesuatu yang hanya omong kosong, karena hanya sebatas itu tanpa bisa dibuktikan atau direalisasikan. Bahkan boleh juga disematkan istilah itu kepada yang orang menganggap diri merasa paling mengetahui segala sesuatu, yang ketika dipertanyakan lebih rinci atas apa yang dibicarakan, yang bersangkutan akan menghindar dan berbelit jawabannya atau asal bisa menjawab.
“Suka ba puji orang pung hal(barang), atau suka makang puji deng orang pung barang”. Kalimat yang sering terucap dikalangan masyarakat katong Orang-Maluku. Menggambarkan suatu bentuk kebiasaan yang harusnya dipandang buruk, dan tidak boleh lagi sampai menjadi “budaya”. Harus ditiadakan karena merupakan kebiasaan yang berpangkal pada menganggap segala sesuatu sekalipun itu bukan milik sendiri tetapi disebut seakan menjadi miliknya juga.
Karakteristik kehidupan yang terbentuk dari keberadaan lingkungan yang ditempati, seperti di kepulauan Maluku, dengan ketersediaan sumber daya alam di darat maupun di laut, telah membentuk sifat penghuninya. Lebih banyak waktu luang dari kehidupannya yang meminimalkan usaha saling berburu dan bersaing. Berlebihan dari yang dibutuhkan, berpengaruh dalam membentuk sifat keseharian, termasuk banyaknya waktu luang. Pola kehidupan yang terbentuk dari ketersediaan sumber daya alam yang melimpah, telah menata pola hidup merasa segala sesuatu dianggap muda. Mudah mendapatkan sesuatu, karena tersedia lebih dari yang dibutuhkan.
Terdapat sisi humanis yang positif dari “budaya” tukel, yang boleh jadi telah menjadi bagian dari pembentukan karakter Orang Maluku, karena terbiasa banyak bicara, telah menjadikan budaya bicara terus terang dan spontan. Mengatakan sesuatu secara langsung, apakah itu menyampaikan rasa marah, pendapat terhadap ketidak setujuan, yang menjelaskan Orang Maluku tidak suka mendiamkan isi pikiran dan pendapatnya, apalagi menyimpan di hatinya sebagai rasa dendam.
“Abis situ, abis”. Maksudnya sehabis bicara – terus terang, maka masalah dianggap selesai. Sosio-kultural Orang-Maluku bukan berarti memang sama persis seperti itu, tetapi setidaknya itu gambaran umum yang dianggap suatu kebiasaan selama ini. Bahwa, tidak pandai menyimpan hal buruk berlama-lama di hati dan pikirannya. Merasa lebih baik, dan itu ciri khasnya, bila sesuatu itu tidak dipendam apalagi hingga membentuk dendam. Tidak suka, ya tidak suka, mau atau tidak, diperpendek atau diperpanjang, jelas disampaikan, tidak disimpan yang mungkin saja menyerupai awal bibit pembentukan jaringan kanker dendam kesumat, yang suatu waktu tiba-tiba menyerang diam-diam dari arah belakang tanpa diketahui. Lebih baik sesuatu itu disampaikan, karena dengan begitu dapat diketahui baik buruknya, kurang lebihnya, untung ruginya, atau benar tidaknya.
Kadang suatu kebiasaan bila terus menerus dilakukan akan menjadi terbiasa, tidak lagi menimbulkan sensitifitas untuk memilah baik buruknya, bisa juga menjadi kebiasaan yang dianggap lumrah. Tidak ada positifnya, negatif pun juga belum tentu. Seperti meraba di dalam gelap, sulit menemukan yang dicari, hanya bisa menerka untuk menentukan mana yang seharusnya. Tentu sisi moral menjadi tatanan untuk memangkas alasan dan dampak ketidak-manufaatan karena asal bicara atau banyak bicara, sebaliknya dengan terbiasa diam, pun tidak berarti lebih baik. Maka tukel karena orang dan apanya, tetapi itu pas waktu dan tempatnya saat ketika sedang menikmati segelas kopi, sambil bersiul mendengarkan lagu “bulan pake payung”.